REPUBLIKA.CO.ID, COX'S BAZAR -- Otoritas kesehatan di kamp pengungsian Cox's Bazar mencemaskan penyebaran virus HIV/AIDS di kalangan para pengungsi. Kekhawatiran ini dilatari karena ada 19 pengungsi yang teridentifikasi HIV/AIDS. Mayoritas pasien adalah laki-laki.
Menurut ahli bedah yang bertugas di Cox's Bazar, satu di antaranya meninggal sejak gelombang pengungsi menyerbu Bangladesh pada 25 Agustus lalu. Shaheen Md Abdur Rahman Chowdury, petugas medis Rumah Sakit Sadar di Cox's Bazar menuturkan 16 penderita AIDS sudah dalam perawatan.
Melihat kondisi ini, Kementerian Kesehatan Bangladesh menyiapkan 300 paket alat uji pendeteksi HIV. Demikian dilaporkan oleh The Daily Star, Rabu (11/10). Pemerintah juga memberikan pelatihan kepada dokter, perawat, patologis, dan teknisi bagaimana menggunakan alat-alat tersebut.
Para petugas kesehatan menuturkan sebagian besar pengungsi Rohingya tidak dilindungi vaksinasi. Kondisi iti diperparah dengan semakin menurunnya sistem imun tubuh akibat tinggal berdesakan di pengungsian. Selain masalah kebersihan, para pengungsi disebut punya kebiasaan seksual yang berisiko.
"Myanmar adalah salah satu negara endemik HIV/AIDS. Kita tidak pernah tahu berapa banyak pengungsi Rohingya yang datang dengan membawa penyakit itu dan berapa banyak yang masuk ke Bangladesh," kata Misbah Uddin Ahmed selaku pejabat kesehatan Ukhia Upazila.
Abul Kalam Azad, direktur umum pada Direktorat Umum Layanan Kesehatan mengatakan tim penanggulangan HIV sudah disiapkan. Tim ini sudah tiba di Cox's Bazar dan sedang bekerja untuk mengidentifikasi pasien-pasien penderita HIV/AIDS.