REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Irak dan Iran meningkatkan ekspor minyak mereka pada September ini menyusul melambatnya ekspor minyak Arab Saudi. Hal ini dilakukan untuk meraih pasar utama seperti AS dan Cina.
Irak mengekspor 3,98 juta barel minyak per hari atau yang tertinggi dibanding Desember lalu. Irak mengekspor 2,28 juta barel minyak per hari, tertinggi dibanding Februari lalu. Sementara Saudi mengekspor 6,68 juta barel per hari, catatan terendah ke dua tahun ini.
Irak dan Iran ingin mendapat peluang pasar internasional di tengah ketegangan OPEC dengan Arab Saudi. Bahkan BUMN minyak Saudi, Aramco, akan memangkas pasokan minyak ke pasar dunia secara signifikan pada November mendatang.
Menurut analis minyak Energy Aspects Ltd di London, Richard Mallinson, Irak dan Iran sangat oportunistik mencaplok pasar yang kekurangan pasokan dari Saudi. ''Kami lihat Saudi mengurangi ekspor dalam beberapa bulan terakhir. Ini konsisten dengan fokus mereka atas proses penyeimbangan kembali,'' kata Mallinson seperti dikutip Bloomberg, Selasa (10/10).
Pada Mei lalu, Menteri Energi Saudi Khalid Al-Falih sudah menyatakan Saudi akan secara signifikan mengurangi ekspor ke AS untuk memperbesar cadangan minyak. Berdasarkan Joint Organisations Data Initiative (JODI) di Riyadh, Ekspor minyak Saudi ke AS mencapai titik terendah selama 34 bulan terakhir pada Juli di mana ekspor minyak sudah berkurang satu juta barel dibanding tahun sebelumnya.
Irak mengekspor 871 barel per hari ke AS pada September lalu. Angka itu hampir dua kali ekspor Saudi ke AS pada Agustus.
Irak juga mulai menggeser Saudi sebagai pemasok utama minyak ke India dalam tujuh bulan terakhir ini. Rata-rata ekspor Irak ke India sebanyak 794 ribu barel per hari pada 2017. Sementara ekspor Saudi ke India sebanyak 738 ribu barel per hari. Meski begitu, baru-baru ini Aramco membuka kantor perwakilan di India.
Selain Irak, Iran juga coba menyaingi Saudi dengan masuk ke pasar Cina. Hanya saja, konsumsi minyak di Cina sendiri sedang di titik terendah dalam delapan tahun terakhir. Ke Cina, Saudi mengekspor 833 barel per sehari dan Iran 600 ribu barel per hari. Iran memacu produksi minyaknya pasca-pencabutan sanksi pada Januari 2016.
CEO Qamar Energy Robin Mills memprediksi produksi minyak Iran akan terus tinggi ke sedang untuk memenuhi kebutuhan ekspor. ''Iran perlahan menganbil posisi Saudi yang sedang menahan produksi,'' ungkap Mills.
Iran dan Irak berusaha untuk itu meski usaha memacu ekspor ini hampir pada batas kemampuan produksi mereka. Apalagi keduanya juga berperan dalam OPEC. Usaha keras kedua negara itu meningkatkan ekspor juga tidak akan berisiko bagi terhadap pemangkasan produksi OPEC secara keseluruhan.
Sebab, saat OPEC mencabut kebijakan produksi rendah, Saudi akan kembali menaikkan produksinya. Ekspor minyak Saudi pernah mencapai 10,7 juta barel per hari pada Juli 2016.
OPEC akan menggelar pertemuan pada November ini untuk memastikan kelanjutan kebijakan produksi rendah hingga Maret mendatang. Mulai pulihnya permintaan dunia akan minyak bisa membuka ruang bagi OPEC meningkatkan produski.