REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Para penjahat semakin pintar saja, lebih canggih dan kini lebih banyak negara dunia sedang mengembangkan kemampuan siber (dunia maya) mereka. Pekan lalu, terungkap bahwa para peretas menghabiskan waktu berbulan-bulan mencuri informasi sensitif tentang pesawat tempur, kapal angkatan laut dan peralatan bom Australia.
Peristiwa semacam itu menimbulkan pertanyaan apakah Australia dan negara-negara lain melakukan cukup banyak upaya untuk memberantas kejahatan siber? Chris Painter telah mendedikasikan hidupnya untuk pertanyaan ini. Sampai awal tahun ini, ia adalah koordinator masalah siber di Departemen Luar Negeri AS.
Tapi kantor koordinasi siber yang dulunya ia kepalai, pada bulan Juli lalu, ditutup dalam sebuah langkah kontroversial oleh pemerintahan Donald Trump. Painter mengatakan bahwa ia khawatir dengan pesan yang tersirat selama periode yang tidak stabil tersebut.
Menemukan mata rantai terlemah
Sementara negara-negara seperti Australia dan Amerika Serikat (AS) mungkin memiliki kemampuan pertahanan siber yang canggih, Painter mengatakan bahwa peretas bisa memanfaatkan hubungan suatu negara dengan negara lain.
"Anda memerlukan jenis kolaborasi internasional yang telah kami kerjakan. Anda perlu melibatkan negara-negara yang sering menjadi mata rantai terlemah karena mereka tidak memiliki kemampuan," jelasnya.
"Jika saya seorang peretas yang pintar, saya akan tampak bodoh jika melakukannya dari lingkungan saya sendiri. Saya akan mengarahkannya melalui berbagai negara, mempersulit upaya untuk menemukan saya.”
"Anda harus memastikan mereka memiliki undang-undang yang berlaku, mereka telah melatih petugas polisi, dan mereka benar-benar bisa bekerja sama dalam kasus ini."
Bagian dari penguatan kerjasama internasional adalah melalui kesepakatan seperti Konvensi Budapest, perjanjian internasional pertama yang ditujukan untuk mengkoordinasikan undang-undang dunia maya dari negara-negara.
Perjanjian tersebut sekarang memiliki 56 penandatangan di Eropa dan seluruh dunia, dengan lebih banyak negara bergabung dari waktu ke waktu.
Ingat virus ILOVEYOU? Hal itu akhirnya mengarah ke seseorang di Filipina. "Tapi Filipina pada saat itu tidak memiliki undang-undang yang menghukum aksi peretasan, [tapi] sekarang mereka mempunyai aturan itu. Bukan segalanya, tapi itu bagian penting dari upaya ini," kata Painter.