Jumat 20 Oct 2017 10:14 WIB

Korut Desak Australia Jauhi Pemerintahan Trump

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Ani Nursalikah
 Pemimpin Korut, Kim Jong-un mengamati uji coba peluncuran peluru kendali dari kapal selam.  (Reuters/KCNA)
Pemimpin Korut, Kim Jong-un mengamati uji coba peluncuran peluru kendali dari kapal selam. (Reuters/KCNA)

REPUBLIKA.CO.ID, PYONGYANG -- Korea Utara (Korut) menulis surat terbuka yang mendesak sejumlah negara, termasuk Australia untuk menjauhi Amerika Serikat (AS). Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbull mengatakan surat itu menunjukkan kata-kata mengenai betapa buruknya pemerintahan Presiden AS Donald Trump.

Surat terbuka Korut itu ditujukan kepada parlemen di seluruh dunia. Surat dikeluarkan sebulan setelah Trump berbicara di Majelis Umum PBB dan menyebut pemimpin Korut Kim Jong-un sebagai manusia roket yang memiliki misi bunuh diri untuk dirinya dan rezimnya sendiri.

 

Surat yang dikeluarkan oleh Komite Urusan Luar Negeri Majelis Rakyat Agung Korut tersebut menyebut Pyongyang sebagai negara yang memiliki kekuatan nuklir penuh. Surat itu mengatakan, upaya AS menghancurkan Korut dapat menyebabkan bencana nuklir yang mengerikan.

 

"Trump mengancam untuk benar-benar menghancurkan DPRK, sebuah negara merdeka dan berdaulat yang independen dan memiliki kekuatan nuklir. Tindakan ekstrem untuk mengancam ini benar-benar akan menghancurkan seluruh dunia," tulis surat tersebut, dikutip ABC News.

 

Turnbull menolak surat yang hanya berisikan kata-kata kasar tersebut. Menurutnya, surat itu hanya menunjukkan ketidaksukaan Korut terhadap Trump.

 

"Faktanya adalah Korut adalah negara yang melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB, Korut yang mengancam akan menembakkan rudal nuklir ke Jepang dan Korea Selatan dan AS," kata Turnbull, kepada radio Melbourne, 3AW.

 

"Justru Korut yang mengancam stabilitas dunia. Rezimnya harus kembali pada akal sehat dan menghentikan tindakan sembrono ini," tambah dia.

 

Australia adalah salah satu penerima surat itu, namun Turnbull mengatakan surat tersebut tidak mengatakan sesuatu yang spesifik mengenai Australia. "Mereka sudah mengirimnya ke banyak negara lain, seperti surat edaran," kata Turnbull.

 

Menteri Luar Negeri Australia Julie Bishop mengatakan surat tersebut merupakan langkah yang belum pernah dilakukan sebelumnya oleh Korut. Ia justru menanggapi surat terbuka itu secara positif.

 

"Saya melihatnya sebagai bukti strategi kolektif untuk memaksakan tekanan diplomatik dan ekonomi melalui sanksi terhadap Korut telah berjalan baik," kata Bishop.

 

"Ini adalah respons terhadap tekanan yang dilakukan Australia, AS, Cina, Jepang, Korea Selatan, dan negara-negara lain mengenai Korut untuk tidak lagi melakukan perilaku provokatif dan mengancam agar bisa kembali ke meja perundingan," ujar dia.

 

"Saya pikir ini menunjukkan mereka telah merasa putus asa, merasa terisolasi, mencoba untuk mengutuk AS, dan mencoba untuk mempengaruhi masyarakat internasional," tambah dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement