REPUBLIKA.CO.ID,TEPI BARAT -- Pemerintah Israel secara bertahap menghentikan aliran air untuk para petani di Lembah Yordan, Tepi Barat, sejak Intifadah Kedua. Padahal air tidak langka di Lembah Yordan, yang dikenal sebagai "keranjang roti tradisional Palestina".
Akibatnya, para petani Palestina berjuang untuk bertahan hidup, dengan sedikit air untuk memberi makan tanaman mereka. Sementara itu, permukiman tetangga menghabiskan banyak sekali air.
Mereka menanam buah-buahan seperti pisang, yang membutuhkan sejumlah besar air, yang sebagian besar dipompa dari sumur di Tepi Barat yang dijajah. Mereka juga mengekspor beragam jenis buah-buahan, sayuran, bunga dan rempah-rempah ke Eropa dan Amerika Serikat.
Di desa Ein al-Beida, kawat berduri membagi lapangan menjadi dua. Di satu sisi ada barisan pohon jeruk yang ditutupi daun hijau subur, ditanam oleh pemukim Israel dari permukiman ilegal terdekat. Di sisi lain adalah lahan tandus yang dialokasikan untuk orang-orang Palestina, di mana tidak ada yang tumbuh kecuali tangkai rumput kuning yang kaku, yang sudah lama kering karena kekurangan air.
Petani di Ein al-Beida, salah satu dari sedikit desa di Lembah Yordan yang terhubung dengan jaringan air, bulan lalu melakukan demonstrasi damai setelah pemerintah Israel memotong air mereka selama lebih dari seminggu.
Otoritas Israel akhirnya mengembalikan air mereka kembali. Namun penduduk setempat mengatakan bahwa jumlah tersebut sekarang kurang dari setengah dari 240 meter kubik per jam yang mereka terima sebelum demonstrasi tersebut.
"Mereka memberi kami alasan bahwa tidak cukup banyak air di bawah tanah. Kenyataannya, Israel tidak ingin kita tinggal di sini lagi. Kita hanya ingin orang Israel membiarkan kita mengekstrak air kita sendiri," kata petani Mahdi Foqaha dikutip dari Aljazirah, Sabtu (21/10).
Banyak orang Palestina yang bergantung pada pertanian untuk mencari nafkah, mencoba memasang pipa air dan terhubung ke jaringan air sendiri. Namun dengan melakukannya tanpa izin Israel, hal ini dianggap ilegal dan menempatkan mereka pada risiko pipa ini dihancurkan.
Hanya 1,5 persen permohonan izin bangunan Palestina di Wilayah C yang diduduki Israel dari Tepi Barat yang disetujui antara 2010 dan 2014. Akibatnya, warga Palestina tidak memiliki pilihan kecuali membangun tanpa izin, walaupun hanya merupakan tangki air hujan sederhana untuk properti pribadi.
"Di desa tetangga Bardala, orang Israel menurunkan air menjadi 170 meter kubik untuk seluruh desa, orang dipaksa untuk terhubung dengan air secara ilegal. Kami ingin hidup, apa lagi yang bisa kami lakukan?"
"Namun, Israel menemukan sambungan air ilegal tersebut dan menghukum seluruh wilayah dengan mengurangi dan memotong air kami," tambah Foqaha.