REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Komite Nasional Solidaritas Rohingya (KNSR) Syuhelmaidi Syukur mengatakan, sebenarnya etnis Rohingya itu merupakan etnis yang rajin bekerja. Mereka rata-rata bekerja sebagai pedagang di pasar.
"Habis subuh mereka langsung pergi ke pasar. Bisa dibilang mereka ini rajin bekerja, lebih rajin daripada etnis lain di Myanmar yang baru pergi ke pasar agak siang karena mereka bangun jam 8 atau jam 9 pagi baru ke pasar," katanya dalam publik ekspos KNSR di Wisma Antara Jakarta, Selasa, (24/10).
Dengan kebiasaan itu etnis Rohingya akhirnya mereka menguasai pasar di Rakhine. Dampak ekonomi ini yang membuat kecemburuan etnis lain.
"Etnis Rohingya yang merupakan pedagang pasar ini sebenarnya memiliki potensi untuk mandiri secara ekonomi, bahkan mereka bisa membuat pasar sendiri," ujar Syuhelmaidi.
Saat ini Myanmar mengaku siap menampung kembali pengungsi Rohingya. Namun menurutnya, bagaimana warga Rohingya mau kembali ke Myanmar kalau tidak aman. "Tak ada rumah, tak ada tempat kembali, untuk apa kembali ke Myanmar kalau hanya untuk dibunuh.
"Bila perlu pasukan PBB datang untuk menyelesaikan masalah pengungsi Rohingya ini. Selain itu perlu dibuka akses bantuan seluas-luasnya terutama di Rakhine."
Baca juga, Tak Laik, Lokasi Pengungsi Rohingya Lebih Pas Disebut Bedeng.