Kamis 26 Oct 2017 08:21 WIB

Relawan Diadang Sekelompok Budhis Saat ke Kamp Rohingya

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Teguh Firmansyah
 Ribuan pengungsi muslim Rohingya yang mealrikan diri dari Myanmar, tertahan di perbatasan di Palong Khali, Bangladesh, Selasa (17/10).
Foto: AP/Dar Yasin
Ribuan pengungsi muslim Rohingya yang mealrikan diri dari Myanmar, tertahan di perbatasan di Palong Khali, Bangladesh, Selasa (17/10).

REPUBLIKA.CO.ID, YANGON --Relawan dan pekerja bantuan dari Relief International diadang, lalu dipaksa pergi oleh sekelompok warga Buddha di Rakhine, Myanmar. Mereka diadang ketika ingin mengunjungi kamp pengungsi Muslim Rohingya di daerah tersebut, Rabu (25/10).

Pekerja dari Relief International telah berniat untuk menyalurkan bantuan makanan untuk umat Muslim di Myebon, Rakhine. Namun hal tersebut terpaksa ditunda karena adanya insiden pengadangan melalui aksi demonstrasi oleh penduduk setempat yang mayoritas Buddha.

 

Peristiwa ini dikonfirmasi oleh pejabat pemerintahan di kota tersebut, yakni Tin Shwe. "Kelompok Relief International mencoba pergi ke kamp dan penduduk setempat menghalangi jalannya," ungkapnya.

 

Khin Thein, pemimpin cabang regional Jaringan Perempuan Arakan, adalah salah satu tokoh yang bergabung dalam aksi demonstrasi guna mengadang pekerja Relief International. Ia mengatakan bahwa kelompoknya segera berpartisipasi dalam aksi ketika otoritas setempat mengabarkan bahwa Relief International akan datang ke Myebon untuk menyalurkan bantuan makanan serta memberi pendidikan tentang kebersihan dan sanitasi kepada kaum Muslim di sana.

 

"Mereka (umat Muslim) punya makanan, mereka punya tempat tinggal. Kita tidak bisa menerima hal-hal berlebih ini untuk mereka," ujar Khin Thein.

 

Ia menegaskan, kelompoknya bersama penduduk lokal tidak akan membiarkan para pekerja bantuan melewati kotanya. "Kami tidak akan membiarkan mereka melewati kota kami. Kita sudah memprotes beberapa kali di masa lalu. Kami memiliki kecurigaan terhadap mereka, kami tidak percaya orang asing, orang-orang internasional," kata Khin Thein.

 

Setelah insiden pemblokiran tersebut, para pekerja dan relawan Relief International kembali ke kantor mereka. Direktur Relief International di Myanmar Samir Maleh enggan mengomentari aksi pengadangan tersebut.

 

Juru bicara Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA) Pierre Peron mengatakan aksi pengadangan dan pemblokiran oleh penduduk lokal Rakhine terhadap pekerja Relief International merupakan contoh terbaru dari berbagai rintangan yang dihadapi organisasi kemanusiaan di daerah tersebut.

 

"Fakta sederhana di sini adalah bahwa bantuan untuk menyelamatkan jiwa diblokir untuk menjangkau orang-orang yang rentan dan sangat membutuhkannya, termasuk anak-anak serta orang tua," ujar Pierre.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement