REPUBLIKA.CO.ID, BAMAKO -- Sedikitnya tiga pasukan penjaga perdamaian PBB di Mali utara telah terbunuh dan dua lainnya luka-luka saat kendaraan mereka menabrak sebuah tambang atau alat peledak. Dilansir dari Aljazirah, Jumat (27/10), ledakan ini terjadi pada Kamis siang saat kendaraan tersebut mengawal konvoi logistik di jalan antara Tessalit dan Aguelhok.
Sebuah pernyataan dari misi Perserikatan Bangsa-Bangsa di Mali (MINUSMA) mengatakan dua penjaga perdamaian yang terluka telah dibawa ke kota Kidal untuk perawatan. Namun identitas kewarganegaraan penjaga perdamaian belum dipublikasikan.
"Saya mengutuk tindakan terkuat semacam itu, yang satu-satunya tujuannya adalah untuk mengacaukan negara dan membahayakan proses perdamaian yang sedang berlangsung di Mali," kata kepala misi interim Koen Davidese.
Dia mengatakan misi PBB bertekad melakukan semua upaya agar tercipta perdamaian di negara tersebut. Menurut Davidse, serangan mematikan tersebut bisa dianggap sebagai kejahatan perang internasional.
Tidak ada klaim tanggung jawab atas serangan tersebut.
Tapi kelompok bersenjata yang berafiliasi dengan Alqaidah, seperti Jamaat Nusrat al-Islam wal-Muslimeen, sebelumnya telah melakukan serangan di wilayah tersebut. Pada September, tiga penjaga perdamaian dari Bangladesh terbunuh dan lima lainnya terluka parah saat konvoi mereka diserang di wilayah Gao tepat di sebelah selatan Kidal.
Sejak 2013, saat MINUSMA ditempatkan di Mali, ada lebih dari 80 penjaga perdamaian terbunuh, membuat misi tersebut menjadi yang paling mematikan di dunia. Negara-negara tetangga Mali seperti Niger, Chad, Mauritania dan Burkina Faso juga telah memerangi kelompok bersenjata di wilayah Sahel.
Advertisement