REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pemerintah Suriah pimpinan Bashar al-Assad bersalah atas serangan kimia terhadap Kota Khan Sheikhoun yang menewaskan puluhan orang pada April lalu. Hal itu tertuang dalam sebuah laporan yang dikirim kepada Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa pada Kamis (26/10).
"Republik Arab Suriah bertanggung jawab atas penggunaan sarin pada serangan di Khan Sheikhoun pada 4 April 2017," menurut laporan dari PBB dan Mekanisme Penyelidikan Bersama, Organisasi Pelarangan Penggunaan Bahan Kimia Sebagai Senjata (JIM).
Serangan tersebut memicu aksi tanggapan dari Amerika Serikat dengan menembakkan peluru kendali yang menghantam sebuah pangkalan udara di Suriah. Washington menganggap pangkalan udara tersebut digunakan untuk melancarkan serangan sarin itu.
"Sekali lagi, kita mendapat hasil penyelidikan secara mandiri terkait penggunaan senjata kimia oleh rezim Assad," kata Nikki Haley, Duta PBB untuk AS dalam pernyataan.
"Dewan Keamanan harus mengirimkan pesan yang jelas bahwa penggunaan senjata kimia oleh siapapun tidak akan ditoleransi, dan harus sepenuhnya mendukung pekerjaan para penyidik yang tidak memihak," tambahnya.
Laporan tersebut juga mengatakan, ISIS harus bertanggung jawab atas penggunaan belerang mustar dalam serangan di kota Umm Hawsh, Suriah pada 15 dan 16 September 2016. JIM dibuat dengan kesepakatan dari 15 anggota Dewan Keamanan PBB pada 2015 dan diperbaharui pada 2016.
Mandatnya akan berakhir pada pertengahan November. Rusia pada Selasa memveto sebuah proposal untuk memperpanjang mandat organisasi tersebut.
JIM telah menemukan fakta bahwa pasukan pemerintah Suriah bertanggung jawab atas tiga serangan gas klorin pada 2014 dan 2015. "Penggunaan senjata kimia yang terus berlanjut, termasuk oleh pelaku bukan negara, sangat mengkhawatirkan," kata laporan tersebut.
"Jika penggunaan tersebut, terlepas dari larangan oleh masyarakat internasional, tidak dihentikan sekarang, akibatnya pasti akan mendorong pihak lain untuk mengikutinya," tambah laporan itu.
Suriah setuju untuk memusnahkan senjata kimia pada 2013 di bawah sebuah kesepakatan yang diperantarai oleh Rusia dan Amerika Serikat. Pemerintah Suriah telah berulang kali membantah menggunakan senjata kimia dalam perang sipil di negara tersebut lebih dari enam tahun.