REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden AS Donald Trump mengatakan pasukannya telah menangkap seorang pria yang dituduh terlibat dalam serangan di sebuah kompleks diplomatik AS di Kota Benghazi, Libya, pada 2012. Pria bernama Mustafa al-Imam ini ditangkap di Libya.
"Kemarin, atas perintah saya, pasukan Amerika Serikat menangkap Mustafa al-Imam di Libya," kata Trump, dikutip BBC.
Al-Imam menghadapi sejumlah tuduhan, termasuk tuduhan pembunuhan dan dukungan terhadap terorisme. Jaksa Agung Jeff Sessions mengatakan bahwa al-Imam sedang dalam proses pengangkutan ke AS.
Sessions menambahkan, al-Imam akan menghadapi pengadilan federal karena perannya dalam serangan tersebut. Tersangka lainnya, Ahmed Abu Khattala, sudah diadili di AS.
Duta Besar AS Christopher Stevens dan seorang teknisi dinyatakan tewas karena menghirup asap ketika orang-orang bersenjata membakar bangunan rahasia milik CIA. Penyerang kemudian melepaskan tembakan mortir dan menewaskan dua mantan Navy Seals.
House Select Committee pimpinan Partai Republik yang menginvestigasi serangan ini, pada 2016 menyatakan tidak menemukan bukti adanya kesalahan Hillary Clinton. Serangan tersebut tetap menghantui kampanye kepresidenannya dan sering dikutip oleh Trump yang memintanya untuk dipenjara.