Rabu 01 Nov 2017 18:18 WIB

Malaysia Selidiki Pembobolan Data 46 Juta Pengguna Ponsel

Pengguna ponsel.
Foto: pixabay
Pengguna ponsel.

REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Malaysia menyelidiki dugaan upaya penjualan data lebih dari 46 juta pelanggan telepon seluler secara berjaringan setelah terjadi pembobolan data besar-besaran, kata Menteri Komunikasi dan Multimedia Salleh Said Keruak, Rabu (1/11).

Pembobolan data besar-besaran tersebut pertama kali dilaporkan pada bulan lalu oleh Lowyat.net, laman berita teknologi setempat, yang mengatakan menerima informasi rahasia seseorang mencoba menjual pangkalan data informasi pribadi yang sangat besar di forumnya.

Salleh mengatakan pengatur internet negara itu, Malaysian Communications and Multimedia Commission (MCMC), menyelidiki masalah itu bersama polisi. "Kami mengenali beberapa kemungkinan sumber kebocoran dan harus menyelesaikan penyelidikan segera," kata Salleh kepada wartawan di parlemen.

Data bocor itu dijual dengan sejumlah Bitcoin, mata uang maya, kata Lowyat.net pada Senin lalu. Data tersebut termasuk daftar nomor ponsel, nomor kartu pengenal, alamat rumah, dan data kartu SIM dari 46,2 juta pelanggan dari setidaknya 12 operator telepon seluler Malaysia.

Penduduk Malaysia hanya sekitar 32 juta orang, namun banyak dari mereka memiliki beberapa nomor ponsel. Daftar tersebut juga diyakini mencakup nomor tidak aktif dan nomor sementara orang asing, kata harian The Star.

Kepala pelaksana MCMC Mazlan Ismail mengatakan pada Selasa regulator telah bertemu dengan perusahaan telekomunikasi lokal untuk bekerja sama dalam penyelidikan tersebut, menurut kantor berita Bernama. Data tersebut juga mencakup informasi pribadi lebih dari 80 ribu orang, yang bocor dari catatan Malaysian Medical Council, Malaysian Medical Association, dan Malaysian Dental Association.

sumber : Antara

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement