REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Tersangka terror New York yang menewaskan delapan orang pada Selasa (31/10), Sayfullo Saipov, berhasil diamankan oleh Kepolisian Amerika Serikat. Presiden Donald Trump akan mempertimbangkan untuk mengirim Saipov ke kamp tahanan Teluk Guantanamo.
"Saya pasti akan mempertimbangkan itu, mengirim dia ke Gitmo," ujar Trump seperti dilansir Independent.
Pernyataan ini membuat kamp tahanan Teluk Guantanamo kembali menjadi inti dari reaksi Amerika terhadap terorisme. Penjara yang terletak di Republik Kuba ini sudah sejak lama dijadikan tempat tahanan bagi para tersangka terorisme.
Sebelumnya, fasilitas tahanan ini sempat menuai kontroversi besar di masa pemerintahan George W Bush. Kontroversi mencuat karena kamp tahanan Teluk Guantanamo menahan para tersangka terorisme tanpa batas waktu.
Di masa pemerintahan Barack Obama, rencana penutupan kamp tahanan Teluk Guantanamo sempat muncul ke permukaan. Akan tetapi, rencana ini gagal terwujud karena banyaknya penolakan dari Kongres.
Ide mengirim Saipov ke Guantanamo mendapat dukungan dari salah satu politikus Partai Republik John McCain. Dukungan ini cukup menyita perhatian karena sebelumnya McCain berselisih pendapat dengan Trump terkait kebijakan luar negeri. "Bawa dia ke Guantanamo," kata McCain.
Aksi teror di New York CIty terjadi bertepatan dengan perayaan Halloween pada Selasa (31/10). Kala itu, Saipov yang mengendarai truk mulai melakukan penyerangan di jalur pesepeda yang ramai. Lokasi penyerangan terletak cukup dekat dengan World Trade Center di Manhattan.
Serangan ini menyebabkan delapan orang tewas dan belasan orang luka-luka. Pria yang sehari-hari bekerja sebagai pengemudi Uber ini sempat kabur setelah menabrakkan truk ke bis sekolah. Akan tetapi Saipov berhasil diamankan oleh pihak kepolisian.
Sesaat setelah aksi teror berlangsung, Trump segera menunjukkan reaksinya melalui Twitter. Sebagai respon atas aksi teror tesebut, Trump mengatakan akan semakin memperketat aturan pembatasan imigrasi. "Akan meningkatkan program penyaringan ekstrim yang sudah ada," tandas Trump.