Jumat 03 Nov 2017 07:45 WIB

Tiga Pesan Suu Kyi Saat Mengunjungi Wilayah Konflik Rakhine

Aung San Suu Kyi
Foto: EPA/Hein Htet
Aung San Suu Kyi

REPUBLIKA.CO.ID, SITTWE -- Pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi pada Kamis (3/11) mendesak rakyat tidak berselisih. Hal itu disampaikan saat untuk pertama kalinya ia mengunjungi daerah Rakhine yang terpecah-belah oleh kekerasan etnis.  Ratusan ribu Muslim Rohingya lari untuk menghindari militer.

Dalam pengamanan tinggi, Suu Kyi naik helikopter militer di Sittwe, ibu kota negara bagian Rakhine, untuk dibawa menuju sebuah desa di Maungdaw, distrik yang tampak terjadi eksodus terbesar.

"Di jalan tempat beberapa orang berkumpul, dia menghentikan mobil dan berbicara dengan semua orang," kata Chris Lewa, dari kelompok pemantau Arakan Project, mengutip seorang pemimpin agama Rohingya yang hadir.

"Dia hanya mengatakan tiga hal kepada rakyat - mereka harus hidup damai, pemerintah ada untuk membantu mereka, dan mereka seharusnya tidak berselisih satu sama lain," katanya.

Akhir-akhir ini, Suu Kyi tidak bisa mengendalikan militer. Tentara masih memegang kuat pengaruh dalam persoalan domestik tersebut.

Baca juga, Menlu Prioritaskan Penurunan Ketegangan di Rakhine.

Sementara itu, saksi melihat ribuan orang Rohingya, yang putus asa, menyeberang melalui perairan dangkal dan sungai kecil di antara pulau di sungai Naf untuk mencapai negara tetangga, Bangladesh, pada malam sebelumnya.

Beberapa dari mereka memiliki kapal kecil atau menarik rakit darurat untuk sampai ke Bangladesh di tepi sungai barat, tapi kebanyakan dari mereka berjalan, anak-anak dipeluk dan orang tua digendong di punggung, dengan barang terikat di pundak mereka.

Saat mencapai sisi seberang daratan, beberapa wanita dan orang tua harus ditarik melewati lumpur untuk mencapai lahan kering di tepian curam.

"Lebih dari 4.000 orang menyeberang di berbagai titik di sungai itu pada Rabu," kata laporan Mayor Mohammed Iqbal, pejabat keamanan Bangladesh di distrik selatan Cox's Bazar.

Lebih dari 600 ribu orang Rohingya meninggalkan Myanmar, yang sebagian besar penduduknya beragama Buddha, ke negara tetangga Bangladesh sejak akhir Agustus untuk menghindari kekerasan setelah operasi kontra-pemberontakan militer dilancarkan. Militer membalas aksi tindakan militan Rohingya menyerang pos-pos keamanan di negara bagian Rakhine.

Suu Kyi, pemenang Hadiah Nobel Perdamaian, telah menghadapi kritik internasional yang berat karena tidak mengambil tindakan lebih lanjut dalam menanggapi apa yang oleh pejabat Perserikatan Bangsa-Bangsa.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement