REPUBLIKA.CO.ID, JIANGMEN -- Pemerintah Kota Jiangmen, Provinsi Guangdong mengakui peran beberapa warga etnis Cina di Indonesia dalam memajukan pembangunan kota di pesisir selatan Cina itu.
"Peran mereka sangat penting di sini. Kami perlu kerja sama lebih lanjut dengan Indonesia," kata pejabat Pemkot Jiangmen, Yi Zhongqiang, di Jiangmen, Jumat (3/11).
Sekitar empat juta warga Cina perantauan berasal dari kota yang luas wilayahnya 9.443 kilometer persegi itu. "Empat juta Cina perantauan yang tinggal di 107 negara menganggap Jiangmen adalah rumah leluhur mereka," kata Wakil Wali Kota Jiangmen Jiang Xiao Xiong.
Untuk mengenang leluhur mereka, Pemkot Jiangmen membangun museum yang menyimpan dokumen dan diorama dalam kisah perjalanan masyarakat setempat menuju negara-negara di Amerika dan Asia Tenggara.
Museum tersebut mengabadikan nama Wuyi, salah satu distrik di Kota Jiangmen yang paling banyak menyumbang Vina perantauan sejak era pemerintahan Republik.
Masyarakat Jiangmen yang dikenal terampil dan pekerja keras juga banyak yang tinggal di Hong Kong dan Makau. Bahkan sepertiga dari penduduk Makau dan 1,3 juta jiwa dari tujuh juta penduduk permanen Hong Kong berasal dari Distrik Wuyi.
Pada akhir 2016, Jiangmen menerima donasi dari warga perantauan Cina di berbagai negara senilai 7,41 miliar dolar HK selain dalam bentuk investasi yang nilainya mencapai 23,61 miliar dolar AS.
Sejak 2004, warga Cina perantauan pulang ke Jiangmen untuk menggelar karnaval. Acara tersebut digelar setiap dua tahun sekali di kota berpenduduk sekitar 4,5 juta jiwa itu.
Pesatnya pembangunan Kota Jiangmen dapat dilihat dari produk domestik bruto (GDP) tahun 2016 yang mencapai 241,8 miliar renimbi (RMB) atau yuan atau naik 7,4 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Pada semester pertama 2017, GDP telah mencapai angka 126 miliar RMB.
Sektor industri menyumbangkan 104,1 miliar RMB (naik 7 persen). Investasi dalam bentuk aset tetap dan perdagangan kebutuhan pokok mencapai 151,7 miliar RMB dan 115,9 miliar RMB.
Jiangmen telah dicanangkan sebagai kota premium yang menjadi pusat urbanisasi di tepi barat Sungai Mutiara seiring dengan dibangunnya jembatan laut sepanjang 59 kilometer yang menghubungkan Zhuhai, Makau, dan Hong Kong.