REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengatakan ia tidak yakin apakah Menteri Luar Negeri (Menlu) Rex Tillerson akan tetap memegang jabatan sebagai Menlu selama masa kepemimpinannya di Gedung Putih. Trump juga mengatakan ia tidak suka bahwa beberapa anggota staf Departemen Luar Negeri tidak mendukung keinginannya.
Dalam wawancaranya dengan Laura Ingraham di Fox News pada Kamis (2/11) malam, Trump menyerang departemen yang dipimpin Menlu Tillerson dan mengatakan bahwa dirinya lah yang menentukan kebijakan luar negeri AS.
"Yang penting adalah saya," kata Trump. "Saya adalah satu-satunya orang yang penting karena, ketika tiba saatnya, begitulah kebijakan akan ditentukan."
Ketika ditanya apakah ia akan tetap memakai Tillerson untuk seluruh masa kepemimpinannya, Trump mengatakan kepada Fox, "Kita lihat saja nanti. Saya tidak tahu."
Trump pada Jumat (3/11) berangkat untuk melakukan lawatan ke Asia bersama Tillerson setelah keduanya terlibat dalam konflik selama berbulan-bulan.
Komentar Trump itu menuai kritik di Kongres, tempat banyak anggota asal Partai Republik bergabung dengan rekan-rekan mereka dari Demokrat yang menentang rencana Trump memangkas pembelajaan untuk diplomasi dan bantuan luar negeri.
Ketegangan antara Trump dan Tillerson, sosok yang pernah menjabat sebagai kepala eksekutif Exxon Mobil Corp, muncul lagi bulan lalu di tengah laporan bahwa Tillerson menyebut Trump sebagai "orang tolol" dan ia mempertimbangkan untuk mengundurkan diri.
Tillerson kemudian mengatakan ia tidak pernah berpikir untuk mundur. Trump mengatakan mereka berhubungan baik namun mengkritik Tillerson sebagai sosok yang lemah.
Departemen Luar Negeri yang dipimpin Tillerson juga berkonflik dengan Gedung Putih atas masalah-masalah global, termasuk peningkatan ketegangan soal program nuklir Korea Utara.
Richard Haas, ketua Dewan Hubungan Luar Negeri mengatakan komentar Trump itu menyulitkan, tidak hanya bagi menteri luar negeri saat ini tapi juga terhadap kebijakan luar negeri secara keseluruhan.
"Ini bukan hanya soal Rex Tillerson, tapi juga soal siapa yang akan menjabat setelah Rex Tillerson. Jika presiden tidak menetapkan bahwa menteri luar negerinya akan sukses, menteri luar negeri tidak bisa mencapai keberhasilan," kata Haass kepada CBS News.