Ahad 05 Nov 2017 09:00 WIB

Pemberontak Houthi Tembakkan Rudal ke Riyadh

Jubir Gerakan Houthi, Mohammed Abdul-Salam.
Foto: EPA/Yahya Arhab
Jubir Gerakan Houthi, Mohammed Abdul-Salam.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kelompok pemberontak Houthi di Yaman menyatakan bertanggung jawab atas ledakan keras di Riyadh, Sabtu.

Mereka mengatakan rudal balistik jarak jarak jauhnya mampu menjangkau lebih dari 800 km melewati perbatasan Yaman dengan Saudi Arabia.

Tidak ada korban jiwa akibat ledakan tersebut.

Seperti yang dikutip Al Jazirah, Ahad, juru bicara pemberontak mengatakan bahwa mereka melepaskan rudal Burkan 2-H jenis Scud yang memiliki jangkauan lebih dari 800 km menuju Kota Riyadh.

"Ibukota negara yang terus menembaki kami, menargetkan rakyat sipil tidak bersalah, tidak akan lolos dari rudal kami," kata juru bicara tersebut.

Kelompok pemberontak Houthi menyatakan bertanggung jawab atas serangan rudal tersebut melalui media sosial Al Masirah, jaringan televisi yang dikelolanya. 

Rekaman video yang disiarkan melalui media sosial tersebut memperlihatkan asap yang membubung dari kompleks bandara internasional Raja Khalid di Riyadh.

Sementara itu, kantor berita resmi Saudi Arabia SPA mengutip, Kolonel Turki al-Maliki mengatakan bahwa tepat pada pukul 8:07 malam waktu setempat, sebuah rudal balistik ditembakkan dari arah Yaman menuju Kerajaan Saudi Arabia.

Menurut Maliki, pasukan Saudi Arabia menggunakan rudal Patriot dari udara ke udara untuk menangkis dan menghancurkan rudal tersebut. Serpihannya kemudian jatuh berserakan di kawasan tanpa penduduk di timur bandara.

Dalam sebuah wawancara dengan Al Jazirah beberapa waktu lalu, Mohammed Abdul Salam, juru bicara kelompok Houthi, mengancam akan meningkatkan operasi di perbatasan Yaman-Saudi Arabia dan menargetkan serangan jauh ke wilayah Saudi Arabia.

"Pihak Saudi yang memulai perang. Respons kami akan terus dan meningkat dengan target jauh ke wilayah Saudi Arabia, kawasan militer di mana pesawat jet mereka terbang, atau pos militer di dalam teritori Yaman," kata Abdul Salam.

"Abu Dhabi dan target kami yang lain sejauh ini adalah target militer. Negara mana pun yang menargetkan Yaman akan dibalas oleh tembakan rudal kami," katanya.

Perang saudara di Yaman, negara paling miskin di kawasan Arab, pecah sejak 2014 setelah pemberontak Houthi menguasai Ibukota Sanaa dan terus maju dengan target Aden, kota terbesar ketiga di negara itu.

Khawatir dengan meningkatnya serangan pemberontak Houthi, yang diyakini mendapat dukungan dari Iran, Saudi Arabia yang berkoalisi dengan negara Arab lain yang beraliran Sunni melakukan intervensi pada 2015 dalam bentuk serangan udara dengan tujuan mengembalikan Abd-Rabbu Mansour Hadi ke kursi presiden.

Sejak itu, lebih dari 10.000 warga menjadi korban dan setidaknya 40.000 terluka. Sebagian besar korban jatuh akibat serangan udara Saudi Arabia.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement