REPUBLIKA.CO.ID, COX'S BAZAR -- Etnis Rohingya yang tinggal di pos-pos pengungsian mengalami masalah kesehatan. Sebab, kondisi area pengungsian sering tergenang air, sumber air bersih terbatas dan kurang layak.
General Manager Ekonomi dan Pengembangan Sosial Dompet Dhuafa, Benny mengatakan, saat ini wabah kolera, diare dan disentri menjadi perhatian utama. Tim medis Dompet Dhuafa yang tergabung dalam Indonesia Humanitarian Alliance (IHA) memandang hal ini sebagai perhatian utama. Sebab, penyakit tersebut menjadi salah satu ancaman terbesar pengungsi.
"Ancaman terbesar ada pada anak-anak, perempuan, dan lansia yang memiliki tingkat kerentanan tinggi," kata Benny melalui keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Ahad (5/11).
Ia menerangkan, berdasarkan hasil laporan terbaru, terdapat kenaikan 92 persen jumlah orang yang sakit di pengungsian. Juga terjadi kenaikan jumlah kematian. Penyebab terbesar kematian karena ISPA dan diare akut. Dua penyakit ini disebabkan oleh pola hidup yang tidak sehat, juga lingkungan yang tidak bersih.
Ia menjelaskan, salah satu permasalahan kebersihan yang dihadapi oleh pengungsi adalah kebutuhan air bersih. Karena air bersih sangat dibutuhkan, terutama untuk air minum. Maka Dompet Dhuafa bersama IHA menginisiasi program penyediaan air bersih dalam dua bentuk skema.
"Pertama adalah skema Solar Disinfektan (Sodis) yang sudah berjalan. Kedua adalah dengan menyediakan water purifier," ujarnya.
Benny menerangkan, program Sodis sudah dilakukan dan disosialisasikan oleh tim kemanusiaan yang berada di pengungsi. Air bersih yang telah ditampung dalam botol pet tembus pandang dijemur selama enam jam di atas atap seng. Metode ini digunakan untuk mengurangi kuman di dalam air yang bisa menyebabkan diare dan disentri.
Advertisement