REPUBLIKA.CO.ID, KHOBAR -- Kerajaan Arab Saudi telah menahan empat menteri sebagai bagian dari kampanye anti-korupsinya. Melalui progam ini, Raja Arab Saudi Salman ingin menyingkirkan sejumlah pejabat penting jika terkena kasus tindakan yang keras seperti kasus korupsi.
Menurut laporan televisi Arab Saudi Al Arabiya pada Ahad (4/11), jumlah pangeran yang ditahan telah naik menjadi 11 orang. Sebelumnya, dilaporkan bahwa 10 pangeran dan puluhan mantan menteri telah ditahan melalui sebuah lembaga anti-korupsi baru yang dipimpin oleh Putra Mahkota Mohammed bin Salman, yang dibentuk dengan keputusan kerajaan pada Sabtu.
Antara tidak menyebutkan siapa nama-nama menteri yang terlibat dalam kasus korupsi tersebut. Namun, teranyar adalah Pangeran Alwaleed bin Talal dari Arab Saudi terlibat kasus suap yang berkelidan dengan inisiatif anti-korupsi dunia. Ia merupakan anggota terkemuka keluarga kerajaan dan investor kaya di negaranya.
Media Arab termasuk Saudi Arabia Al Arabia dan The Wall Street Journal melaporkan Bin Talal termasuk di antara mereka yang ditangkap. Hal ini juga akan menjadi hal dramatis dalam kisah sukses Bin Salman yang terus menerus mengonsolidasikan otoritas sejak ia diangkat Menteri Pertahanan pada awal 2015.
Bin Talal dianggap sebagai salah satu yang dianggap paling menonjol di Arab. Ia juga menjadi subjek banyak profil di AS dan Internasional dalam memberikan saran investasi.
Sementara sengketa anti-korupsi sedang dilangsungkan dengan latar belakang reformasi di Arab.