Ahad 05 Nov 2017 16:05 WIB

AS: Myanmar Harus Izinkan Rohingya Kembali ke Tanahnya

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Elba Damhuri
Tim Amnesty International memiliki bukti kekejaman Militer Myanmar terhadap masyarakat Rohingya.
Foto: ROL/Fakhtar Khairon Lubis
Tim Amnesty International memiliki bukti kekejaman Militer Myanmar terhadap masyarakat Rohingya.

REPUBLIKA.CO.ID, DHAKA -- Asisten Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Simon Henshaw mengatakan Myanmar harus memulangkan ratusan ribu pengungsi Rohingya di Bangladesh ke desa-desa mereka di negara bagian Rakhine. Hal ini diungkapkan Henshaw setelah mengunjungi kamp pengungsi Rohingya di Bangladesh, Sabtu (4/11).

"Pertama-tama, adalah tanggung jawab (Myanmar) untuk mengembalikan keamanan dan stabilitas ke negara bagian Rakhine. Kedua, adalah tanggung jawab mereka untuk menyelidiki laporan tentang kekejaman dan membawa mereka yang melakukannya," ungkap Henshaw kepada wartawan di Dhaka seperti dikutip laman Al Araby.

Myanmar, kata Henshaw, juga harus mengizinkan para pengungsi Rohingya untuk kembali ke tanahnya sendiri di Rakhine. Dan bagi mereka yang desa-desanya dibakar, upaya cepat perlu dilakukan untuk memulihkan rumah dan desa mereka.

Anggota parlemen AS pada Jumat (3/11) mengusulkan sanksi untuk dijatuhkan kepada militer Myanmar. Ini merupakan upaya AS untuk menekan Myanmar menghentikan dan mengakhiri perlakuan kejamnya terhadap minoritas Muslim Rohingya.

Setelah berpekan-pekan tekanan global yang intens, Myanmar telah setuju untuk menerima kembali Muslim Rohingya ke negaranya. Adapun mereka yang diizinkan kembali adalah yang memenuhi standar verifikasi yang ditetapkan Myanmar.

Namun kriteria verifikasi ini tetap tidak jelas dan akhirnya menimbulkan kekhawatiran bahwa Myanmar berupaya untuk membatasi jumlah Muslim Rohingya yang ingin kembali ke desanya.

Selama beberapa dekade, Muslim Rohingya telah menghadapi dan mengalami diskriminasi di Myanmar. Status kewarganegraan mereka ditolak dan kerap dilecehkan dan direndahkan dengan disebut sebagai imigran ilegal Bengali.

Lebih dari 600 ribu Muslim Rohingya telah melarikan diri ke Bangladesh sejak militer Myanmar menggelar operasi di negara bagian Rakhine pada 25 Agustus lalu. Dengan dalih memburu milisi pemberontak, militer Myanmar justru menumpas penduduk sipil di Rakhine yang tak tahu apa-apa secara brutal.

Militer Myanmar disebut memberondong permukiman Rohingya dengan tembakan kemudian membakarnya. Mereka juga tak segan untuk membunuh perempuan atau anak-anak.

Pejabat PBB telah menggambar situasi di Rakhine sebagai pembersihan etnis. Hal iniburu-buru dibantah oleh pemerintah Myanmar. Saat ini ratusan ribu pengungsi Rohingya hidup di tenda dan kemah-kemah di zona perbatasan Bangladesh. Mereka mengandalkan bantuan kemanusiaan untuk bertahanhidup.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement