Ahad 05 Nov 2017 19:09 WIB

Prestasi Trump: Pengangguran di AS Terendah dalam 17 Tahun

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Elba Damhuri
 Suasana toko di Iowa, Amerika. (ilustrasi)
Foto: AP
Suasana toko di Iowa, Amerika. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Donald Trump boleh begitu kontroversial. Tapi dia mampu mengangkat ekonomi Amerika Serikat (AS) dari banyak sisi, salah satunya mengangkat pengangguran.

Tingkat pengangguran di AS mencapai titik terendah dalam 17 tahun terakhir pada Oktober 2017. Pemerintahan Presiden Donald Trump mengklaim kebijakan mereka membuahkan hasil.

Berdasarkan data yang dirilis Departemen Tenaga Kerja AS, penyerapan tenaga kerja terus berlangsung meski lebih lambat dari perkiran akibat terjangan dua badai. Kekhawatiran kondisi pasca bencana akan memburuk pun bisa diatasi.

Tingkat pengangguran di AS turun menjadi 4,1 persen per Oktober 2017. Ada sekitar 261 ribu tenaga kerja yang terserap di bursa kerja mesji ekspektasi pemerintah AS bisa mencapai 300 ribu tenaga kerja terserap.

Per Septemer 2017 saja, ada 18 ribu tenaga kerja yang diserap, demikian dilansir //AP//, Sabtu (4/11). Hasil ini menujukkan lapangan kerja baru di AS terus terbuka dan nampaknya mampu segera pulih pasca bencana alam.

''Dengan serapan sekitar 1,5 juta tenaga kerja sejak Presiden Trum resmi menjabat, plus 260 ribu pada Oktober, arah kebijakan Presiden Trum jadi amat jelas,'' ungkap Sekretaris Pers Gedung Putih, Sarah Huckabee Sanders.

Meski begitu, rata-rata lapangan kerja baru tercipta sebanyak 169 ribu pada Oktober ini masih di bawah rata-rata lapangan kerja baru per Oktober 2016 sebanyak 192 ribu.

Tingkat pengangguran ini juga masih jadi perdebatan di internal bank sentral AS, the Federal Reserve. The Fed khawatir rendahnya tingkat pengangguran akan memicu peningkatan upah dan inflasi, meskipun sejauh ini tanda itu belum terlihat.

Upah pekerja di AS per Oktober 2017 sebesar 26,53 dolar AS per jam. Angka itu 2,4 persen lebih tinggi dibanding periode yang sama tahun lalu.

High Frequency Economics Jim OSullivan mengatakan, butuh data jelas soal tekanan upah. Sebab untuk saat ini, bicara tekanan upah cuma berujung kecewa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement