REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Presiden Mesir Abdul Fattah al-Sisi menentang serangan militer terhadap Iran atau kelompok Hizbullah Lebanon yang didukung Teheran. Menurutnya, sudah ada cukup banyak kekacauan di Timur Tengah.
Dalam sebuah pertemuan dengan wartawan di Kairo pada Rabu (8/11), Sisi menjanjikan dukungan untuk Arab Saudi dalam menghadapi Iran. Namun ia menekankan pentingnya de-eskalasi, setelah Arab Saudi menuduh Hizbullah memicu perang karena sikap agresifnya. "Saya selalu menentang peperangan," kata Sisi, tanpa menjelaskan siapa yang mungkin terlibat dalam aksi militer itu.
Arab Saudi telah meminta dijatuhkannya sanksi terhadap Hizbullah pekan ini. Riyadh juga menuduh Iran telah memasok rudal kepada Houthi di Yaman yang digunakan untuk menargetkannya.
"Saya telah mengatakannya sekali dan saya akan mengatakannya lagi, keamanan Teluk adalah keamanan nasional Mesir. Saya memiliki kepercayaan pada kepemimpinan bijak dan tegas Arab Saudi," tambah Sisi.
Sisi yakin situasi di kerajaan Arab Saudi masih meyakinkan dan cukup stabil, menyusul penangkapan 11 pangeran, empat menteri, dan sekelompok pengusaha elit atas tuduhan korupsi pekan lalu. Mereka menghadapi tuduhan pencucian uang, penyuapan, pemerasan, dan pemanfaatan jabatan publik untuk keuntungan pribadi.
Sisi menekankan dukungannya terhadap Arab Saudi dan negara-negara Teluk Arab lainnya, yang telah menghujani Mesir dengan bantuan. Bantuan didapatkan Mesir sejak mantan Presiden Mohamed Mursi dari Ikhwanul Muslimin digulingkan pada 2013.
Lebanon juga didorong masuk ke pusat persaingan regional antara Arab Saudi dan Iran sejak Perdana Menteri Lebanon Saad al-Hariri memutuskan untuk mengundurkan diri, pada Sabtu (4/11). Dalam pidato pengunduran dirinya, Hariri menyalahkan Iran dan Hizbullah atas kekacauan yang terjadi di Timur Tengah.