REPUBLIKA.CO.ID, DHAKA -- Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) mengungkap kasus kekerasan hingga pemerkosaan yang menimpa pengungsi Muslim Rohingya di Rakhine. Hal tersebut dilakukan anggota tentara Myanmar sejak operasi militer pada 25 Agustus lalu.
Fakta tersebut didapatkan PBB usai mengunjungi kamp pengungsian Rohingya di Cox Bazar, Bangladesh. Perwakilan Sekretaris Jendral PBB Pramila Patten mengatakan, wanita muslim Rohingya secara sistematis menjadi target oleh militer Myanmar.
"Saya mendengar cerita mengerikan tentang pemerkosaan dan pemerkosaan massal dengan banyak wanita dan anak perempuan yang meninggal akibat hal tersebut," kata Patten di Dhaka seperti dikutip Channel News Asia, Senin (13/11).
Dia mengatakan, kekerasan seksual yang dialami perempuan Rohingya sudah diperintahkan, diatur dan dilakukan angkatan bersenjata Myanmar. Dia mengungkapkan, bahkan korban dipaksa telanjang, dihina dan diperbudak secara seksual di penangkaran militer.
Patten mengatakan, salah satu korban selamat mengaku ditahan oleh angkatan bersenjata Myanmar selama 45 hari. Selama masa penahanan, korban diperkosa berulang-ulang. Korban lainnya juga masih memiliki bekas luka memar dan bekas gigitan yang membuktikan tindak kekerasan tersebut.
"Sejumlah kekejaman ini merupakan kejahatan terhadap HAM," katanya.
Operasi militer yang dilakukan tentara Myanmar memaksa warga Rohingya meninggalkan kampung halaman mereka. Lebih dari 610 ribu warga mengungsi ke Bangladesh.
Gelombang pengungsi Rohingya terus berlangsung hingga saat ini meski jumlahnya tidak semasif pada Agustus dan September lalu. Tercatat lebih dari 200 pengungsi Rohingya kembali tiba di Bangladesh pada Kamis (9/11).
Advertisement