REPUBLIKA.CO.ID, COX'S BAZAR -- Organisasi Internasional untuk Migrasi PBB (IOM) menemukan anak-anak pengungsi Rohingya di Cox's Bazar dipaksa bekerja untuk mendapatkan uang di Bangladesh. Tak jarang anak-anak ini mengalami pemukulan dan penganiayaan.
Laporan independen oleh Reuters, dilansir Senin (13/11), menguatkan beberapa temuan tersebut. Hasil penyelidikan IOM menyebut adanya eksploitasi dan perdagangan di kamp-kamp pengungsi Bangladesh. Laporan tersebut juga mendokumentasikan laporan tentang gadis-gadis Rohingya berumur 11 tahun yang menikah.
Sekitar 450 ribu anak-anak atau 55 persen dari populasi pengungsi tinggal di permukiman kumuh dekat perbatasan dengan Myanmar setelah melarikan diri dari penghancuran desa-desa dan dugaan pembunuhan, penjarahan dan pemerkosaan oleh pasukan keamanan dan warga Buddha.
Pengawas polisi tambahan di Cox's Bazar Afjurul Hoque Tutul mengatakan 11 pos pemeriksaan telah disiapkan untuk membantu mencegah anak-anak pergi. "Jika ada anak Rohingya ditemukan bekerja, maka pemilik tokonya akan dihukum," katanya.
Sebagian besar pengungsi telah tiba dalam 2,5 bulan terakhir setelah serangan terhadap sekitar 30 pos keamanan oleh pemberontak Rohingya mendapat balasan keji dari militer Myanmar.
Komisaris hak asasi manusia PBB Zeid Ra'ad Al Hussein mengatakan hal ini sebagai contoh pembersihan etnis. Sedangkan pemerintah Myanmar menyatakan tindakannya merupakan respons yang proporsional terhadap serangan Rohingya.
Temuan IOM, berdasarkan diskusi dengan kelompok penduduk jangka panjang dan pendatang baru-baru ini, menunjukkan kehidupan di kamp-kamp pengungsian hampir tidak lebih baik daripada di Myanmar untuk anak-anak Rohingya.
IOM mengatakan anak-anak ditargetkan oleh agen tenaga kerja dan didorong untuk bekerja dengan orang tua mereka yang malang di tengah malnutrisi dan kemiskinan di kamp-kamp. Kesempatan pendidikan terbatas untuk anak-anak di luar Kelas 3.
Anak laki-laki dan perempuan Rohingya yang berusia tujuh tahun dipastikan bekerja di luar permukiman. Anak laki-laki bekerja di peternakan, lokasi konstruksi dan kapal penangkap ikan, juga di kedai teh dan sebagai sopir becak.
Anak perempuan biasanya bekerja sebagai pembantu rumah tangga dan pengasuh untuk keluarga Bangladesh, baik di kota resor dekat Cox's Bazar atau di Chittagong, kota terbesar kedua di Bangladesh, sekitar 150 Km dari tempat pengungsian.
PBB: Tentara Secara Sistematis Perkosa Perempuan Rohingya