REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Draf pernyataan yang dikeluarkan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN tidak menyebutkan tentang krisis Rohingya di Negara Bagian Rakhine, Myanmar. Pernyataan tersebut dibuat oleh Filipina, ketua ASEAN saat ini, dalam KTT yang diselenggarakan pada Senin (13/11) di Manila.
Satu paragraf komunike itu hanya menyebutkan pentingnya bantuan kemanusiaan untuk komunitas yang terkena dampak di Rakhine utara. Selebihnya, draf itu menyebutkan pentingnya bantuan yang diberikan kepada korban bencana alam di Vietnam dan korban pertempuran dengan militan di Filipina.
Draf tersebut tidak memberikan rincian situasi di Rakhine utara atau bahkan menggunakan istilah Rohingya untuk minoritas Muslim yang teraniaya. Pemimpin de facto Myanmar Aung San Suu Kyi telah meminta para pemimpin asing untuk menghindari penyebutan nama Rohingya.
Beberapa negara anggota ASEAN, khususnya Malaysia yang berpenduduk mayoritas Muslim, telah menyuarakan keprihatinan mereka. Namun, sesuai dengan prinsip ASEAN yang tidak mencampuri urusan dalam negeri satu sama lain, masalah tersebut tampaknya telah dikesampingkan dalam KTT kali ini.
Pada September lalu, Malaysia menolak pernyataan yang dikeluarkan oleh Filipina atas nama menteri luar negeri ASEAN. Pernyataan itu tidak mengidentifikasi Rohingya sebagai komunitas yang terkena dampak di Negara Bagian Rakhine.
Suu Kyi sempat mengkritik prinsip ASEAN saat negara-negara lain tidak mencampuri urusan negaranya pada 1999. Saat itu dia tengah memperjuangkan demokrasi di negaranya yang kemudian diperintah oleh junta militer.
"Kebijakan untuk tidak mencampuri ini hanyalah alasan untuk tidak membantu. Di zaman ini, Anda tidak dapat menghindari campur tangan negara lain," tulisnya dalam sebuah kolom opini di harian Thailand Nation pada saat itu.
Mantan Menteri Luar Negeri Filipina Roberto Romulo mengatakan kepada saluran berita Filipina ANC, tampaknya tidak ada diskusi tentang Rohingya di KTT ASEAN. "Mereka memperlakukan dengan sangat hormat pemenang Nobel Perdamaian yang telah didiskreditkan seperti Aung San Suu Kyi," kata Romulo.
Perwakilan Amnesty International Filipina Wilnor Papa mengatakan kepada ANC, para pemimpin ASEAN akan berbicara tentang terorisme, perdamaian, ketertiban. Namun ada banyak isu lainnya yang tidak mereka bicarakan.