Selasa 14 Nov 2017 15:47 WIB

ASEAN Nyatakan Keprihatinan Atas Muslim Rohingya

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Teguh Firmansyah
Pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi saat menghadiri pembukaan KTT ASEAN ke-31 di Manila, Filipina, Senin (13/11).
Foto: Athit Perawongmetha/Pool Photo via AP
Pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi saat menghadiri pembukaan KTT ASEAN ke-31 di Manila, Filipina, Senin (13/11).

REPUBLIKA.CO.ID, MANILA –- Pemerintah Filipina mengatakan, delegasi negara-negara ASEAN telah menyatakan keprihatinan mendalam terhadap krisis Rohingya yang terjadi di Myanmar. Hal tersebut disampaikan dalam kesempatan KTT ASEAN yang digelar di Manila, Senin (13/11).

“ASEAN telah menyatakan keprihatinannya kepada orang-orang Rohingya,” ujar juru bicara Presiden Filipina Harry Roque pada sebuah konferensi pers di sela-sela KTT ASEAN, dikutip laman Anadolu Agency, Selasa (14/11).

Roque mmengungkapkan pemimpin de facto Myanmar Aung San Suu Kyi telah meyakinkan negara-negara Asia Tenggara bahwa negaranya akan memfasilitasi proses repatriasi yang aman bagi orang-orang Rohingya yang kini tengah mengungsi di Bangladesh.

“Proses ini akan dilakukan tiga pekan setelah kesepakatan Myanmar dengan Bangladesh (tercapai) mengenai masalah tersebut,” katanya menerangkan.

Selain proses repatriasi, Myanmar telah berjanji akan menindaklanjuti laporan rekomendasi yang diterbitkan Komisi Penasihat Negara Bagian Rakhine yang dipimpin mantan Sekretaris Jenderal PBB, Kofi Annan.

Rekomendasi ini mencakup perlunya memverifikasi kewarganegaraan Rohingya dan hak serta persamaan kedudukannya di hadapan hukum. “Respons Myanmar, laporan Kofi Annan sedang ditangani,” ujar Roque.

Menteri Negeri Filipina Peter Cayetano mengungkapkan, Myanmar juga telah meminta ASEAN untuk memasok bantuan kemanusiaan. Menurutnya, hal ini merupakan perkembangan positif dan Filipina siap mengirimkan bantuan ke Myanmar.

“Apa yang produktif dalam pertemuan tahun ini adalah pernyataan Myanmar bahwa mereka memerlukan bantuan,” ujar Cayetano.

Lebih dari 600 ribu etnis Rohingta telah melarikan diri ke Bangladesh sejak kekerasan di negara bagian Rakhine pecah pada 25 Agustus lalu. Militer Myanmar menggelar operasi dan dilaporkan membantai warga Rohingya di sana.

Kendati telah lebih dari dua bulan berlalu, gelombang pengungsi Rohingya ke Bangladesh masih terus berlangsung. Mereka mengungsi karena militer Myanmar disebut masih melakukan operasi di Rakhine dan membakar permukiman warga di sana.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement