REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hari ini Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) mengirimkan dua insinyur ke wilayah Rakhine State di Myanmar. Mereka akan mengawasi proses pembangunan Rumah Sakit Indonesia (RSI) yang sudah memasuki tahap pembangunan bangunan utama.
Dua orang insinyur tersebut adalah Nur Ikhwan Abadi dan Ahmad Fauzi yang sudah berpengalaman membangun RS Indonesia di Jalur Gaza, Palestina. Kali ini mereka kembali dipercaya untuk menunaikan amanah pembangunan RS Indonesia di wilayah konflik Rakhine State.
Ketua Tim Pelaksana Pembangunan RS Indonesia, DR. Ir. Idrus M. Alatas mengatakan, keberangkatan ini dilakukan setelah keluarnya izin tinggal di Mrauk U, Rakhine State dari Pemerintah Myanmar. Kedua insinyur dijadwalkan akan bertugas sampai pembangunan RS Indonesia selesai. Diperkirakan akan memakan waktu selama 10 bulan ke depan.
"Pada akhir Oktober lalu, kami telah melakukan tender bangunan utama yang diikuti oleh lima kontraktor lokal. Pada tanggal 26 Oktober 2017 kami sudah menetapkan pemenang tender sekaligus melakukan tanda tangan kontrak pembangunan dengan kontraktor pemenang, Rakhapura Co Ltd," kata Idrus kepada Republika.co.id melalui keterangan tertulis, Selasa (14/11).
Ia melanjutkan, kontraktor tersebut sudah memiliki pengalaman membangun sekolah Indonesia di Rakhine State. Saat ini kontraktor sudah memulai persiapan pembangunan berupa mobilisasi peralatan berat dan pengadaan sejumlah material pembangunan.
"Maka, hari ini dua insinyur dari MER-C diberangkatkan untuk melakukan pengawasan seluruh proses pembangunan. Mulai dari persiapan sampai dengan pembukaan RS Indonesia nantinya," ujarnya.
Keberangkatan kedua insinyur pada pagi tadi dilepas oleh Presidium MER-C, Ir. Faried Thalib dan dr. Arief Rachman. Serta para keluarga relawan yang akan bertugas, staf MER-C dan sejumlah relawan lainnya.
Faried berharap keberangkatan tim kali ini bukan hanya sekedar mengawal proses pembangunan RS Indonesia. Tetapi mereka diharapkan dapat merajut silaturrahmi dengan saudara-saudara di sana dan masyarakat di Rakhine State.
"Tugas kita tidak sekadar pengawasan tapi juga membantu mewujudkan sebuah perdamaian yang abadi," ujarnya.
Faried mengatakan, mudah-mudahan Allah SWT melindungi dan memberikan kesehatan sehingga perjalanan jihad profesi ini betul-betul dalam ridho Allah SWT. Semoga tim yang akan bertugas diberi kekuatan dan keluarga yang ada di Indonesia dalam keadaan baik. Faried juga berpesan agar tim senantiasa menjaga ketulusan, keikhlasan dan profesionalitas selama bertugas.