REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Tentara Myanmar merilis hasil penyelidikan internal di mana mereka membebaskan diri dari kesalahan tuduhan menyangkut krisis Rohingya. Dilansir dari BBC, militer Myanmar menyangkal telah membunuh orang Rohingya, membakar desa mereka, memperkosa wanita dan anak perempuan, dan mencuri harta benda.
Dalam sebuah pernyataan yang di-posting di akun Facebook, militer mengaku telah mewawancarai ribuan penduduk desa untuk mendukung bantahannya. Menurut militer, penduduk desa sepakat bahwa pasukan keamanan tidak menembak pada penduduk desa yang tidak bersalah, tidak melakukan kasus kekerasan seksual dan pemerkosaan terhadap perempuan serta tidak menangkap, memukul dan membunuh penduduk desa.
Penduduk yang diwawancarai miiter juga mengatakan pasukan keamanan Myanmar tidak mencuri harta benda penduduk desa, tidak membakar masjid, tidak mengusir penduduk desa dan tidak membakar rumah.
Laporan tersebut juga mengatakan komunitas Rohingya bertanggung jawab atas rumah yang terbakar, dan ratusan ribu orang yang melarikan diri melakukannya karena mereka diinstruksikan untuk melakukannya. Pernyataan milter tersebut bertentangan dengan bukti yang disebut oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai pembersihan etnis.
Amnesty International mengatakan laporan tentara tersebut merupakan upaya menutupi kesalahan. Organisasi hak asasi manusia meminta pencari fakta PBB untuk diizinkan masuk ke wilayah tersebut. Akses media ke daerah tersebut juga sangat dibatasi.
Lebih dari setengah juta orang minoritas Rohingya telah melarikan diri dari Myanmar sejak Agustus, setelah sebuah operasi kontra-pemberontakan menanggapi militan Rohingya yang menyerang pos polisi dan membunuh anggota pasukan keamanan. Pengungsi yang tiba di Bangladesh mengatakan tentara Myanmar telah membakar desa mereka, menyerang dan membunuh warga sipil.