REPUBLIKA.CO.ID,TEHERAN -- Operasi penyelamatan korban di daerah-daerah Iran yang terdampak gempa 7,2 skala richter pada Ahad (12/11) telah berakhir. Saat ini para korban membutuhkan bantuan, terutama makanan, air, dan tenda.
Presiden Iran Hassan Rouhani telah mengunjungi daerah yang terdampak gempa paling parah, yakni Provinsi Kermanshah pada Senin (13/11) pagi waktu setempat. Dalam kunjungan ini, ia mengatakan akan berupaya untuk membantu para korban dalam waktu secepat-cepatnya. “Pemerintah akan menggunakan semua kekuatannya untuk menyelesaikan masalah ini dalam waktu sesingkat-singkatnya,” ujar Rouhani.
Sementara Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Khamenei telah menyampaikan belasungkawa sedalam-dalamnya bagi para korban tewas dan terluka akibat gempa. Ia pun memerintahkan agar semua instansi serta lembaga pemerintah melakukan semua yang bisa mereka lakukan untuk segera membantu dan menolong para korban.
Saat ini ribuan warga Iran tinggal di tenda-tenda darurat. Tak sedikit pula dari mereka yang memutuskan untuk melewati malam kedua pascagempa di area terbuka karena mencemaskan gempa susulan yang masih mungkin terjadi.
Seorang perempuan tunawisma di Sarpol-e Zahab, salah satu kota di Iran yang porak poranda akibat gempa mengatakan bahwa keluarganya membutuhkan bantuan tenda. “Kami butuh bantuan. Kita membutuhkan segalanya. Pihak berwenang harus mempercepat bantuan mereka,” ucapnya.
Kendati demikian, Bulan Sabit Merah Iran mengatakan mereka telah menyiapkan tempat penampungan darurat bagi ribuan tunawisma. Walaupun tempat penampungan tersebut masih kekurangan pasokan air dan listrik karena hancurnya infrstruktur akibat diguncang gempa.
Pasokan bantuan juga masih sangat dibutuhkan di Provinsi Qasr-e Shirin. Lebih dari 30 ribu rumah di daerah tersebut hancur dan setidaknya dua desa porak poranda. “Orang-orang di beberapa desa masih sangat membutuhkan makanan, air, dan tempat tinggal,” ujar Gubernur Qasr-e Shirin Faramarz Akbari.
Sementara itu, rumah-rumah sakit di daerah-daerah terdampak gempa masih terus berjuang merawat korban luka. Ratusan orang yang kondisinya kritis dilaporkan segera dirujuk ke rumah sakit di Ibu Kota Iran, Teheran. Di sana, para korban luka yang tengah kritis diharapkan mendapatkan perawatan lebih optimal.
Gempa berkekuatan 7,3 skala richter melanda kawasan sekitar perbatasan Irak dan Iran, Ahad (12/11). Gempa ini telah menyebabkan sedikitnya 400 orang tewas dan ribuan lainnya luka-luka.
Gempa yang melanda perbatasan Irak dan Iran terjadi secara beruntun. Pada Ahad, sekitar pukul 21:15, gempa mulai melanda daerah Irak. Pada Senin (13/11), sekitar pukul 00:33, barulah gempa menghantam Iran. Gempa dilaporkan berpusat di Halabajah, 45 kilometer sebelah timur negara tersebut.
Hingga pukul 03:20 waktu setempat, Iran masih merasakan gempa susulan berkekuatan 4,5 skala richter. Dan pada pukul 7:27 pagi, Iran kembali diterjang gempa susulan berkekuatan 4,9 skala richter.
Gempa di kawasan perbatasan Irak dan Iran memang cukup sering terjadi. Pusat gempa kali ini yang berada di Halabajah memang terletak persis di garis patahan lempeng tektonik Arab dan Eurasia sepanjang 1.500 kilometer. Garis sesar meluas melalui Iran barat dan Irak timur laut.
Tak ayal hal ini menyebabkan Iran cukup rawan dilanda gempa. Pada 2003, sebuah gempa berkekuatan 6,6 skala richter yang terjadi di kota bersejarah di tenggara Iran, yakni kota Bam menewaskan 26 ribu orang. Ini merupakan gempa paling mematikan yang pernah dialami Iran.
Dua tahun kemudian, yakni pada 2005, gempa berkekuatan 6,4 skala richter kembali melanda provinsi Kerman, Iran. Gempa ini menewaskan lebih dari 600 orang. Pada 2012, dua gempa melanda barat laut Iran, tepatnya di kota Tabriz dan Anhar. Gempa tersebut menewaskan 200 orang dan menyebabkan lebih dari 2.000 lainnya luka-luka.