REPUBLIKA.CO.ID, MANILA - Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe mengatakan jeda uji coba rudal selama dua bulan tidak mengindikasikan Korea Utara (Korut) telah menghentikan pengembangan senjata. Ia bersikeras saat ini masih terlalu dini untuk melakukan perundingan dengan rezim tersebut.
"Saya percaya pihaknya terus mengembangkan senjatanya. Tidak ada gunanya melakukan pembicaraan demi perundingan," kata Abe dalam sebuah konferensi pers di Manila setelah serangkaian pertemuan dengan para pemimpin Asia di KTT ASEAN dan Forum Asia Timur, Selasa (14/11).
Abe mendesak agar Korut terus diberi sanksi keras, termasuk pembatasan penjualan minyak. Hal ini diperlukan untuk melunakkan rezim itu selama musim dingin yang akan datang. Dengan demikian, Korut diperkirakan mungkin akan setuju untuk membuka perundingan.
Abe mengatakan dia akan bekerja sama dengan negara-negara lain di kawasan ini, termasuk Cina dan Rusia, untuk membujuk Korut agar menghentikan pengembangan rudal dan melepaskan ambisi senjata nuklirnya.
Abe, dalam pertemuan dengan Presiden Cina Xi Jinping pada KTT Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) di Vietnam Sabtu (11/11) memuji hubungan antara Jepang dan Cina sebagai negara dengan perekonomian terbesar di Asia. Ia juga membanggakan kerja sama keduanya terkait isu Korut.