Kamis 16 Nov 2017 05:57 WIB

Gempa Iran Singkap Praktik Korupsi Era Ahmadinejad

 Warga menyaksikan bangunan yang hancur akibat gempa di kota Sarpol-e-Zahab, Iran, Senin (13/11).
Foto: Pouria Pakizeh/ISNA via AP
Warga menyaksikan bangunan yang hancur akibat gempa di kota Sarpol-e-Zahab, Iran, Senin (13/11).

REPUBLIKA.CO.ID, TEHRAN - Mudah runtuhnya sejumlah hunian yang dibangun pemerintah saat gempa Senin (13/11) silam di Iran bagian barat mengindikasikan adanya praktik korupsi dalam proses konstruksi bangunan tersebut. 

Kecurigaan Presiden Hassan Rouhani tersebut menguat setelah ia melihat rumah-rumah lain yang dibangun warga tetap berdiri meski terguncang gempa 7,3 SR.

Sejumlah rumah yang roboh tersebut mulai dibangun pada 2011 dengan skema perumahan terjangkau, di era pemerintahan Presiden Mahmoud Ahmadinejad.

"Rumah yang dibangun oleh warga di daerah Sarpol-e Zahab tetap berdiri, sementara rumah yang dibangun pemerintah roboh. Jelas itu merupakan pertanda korupsi di kontrak konstruksinya," kata Rouhani dalam rapat kabinet, seperti dikutip media pemerintah.

Sarpol-e Zahab merupakan daerah yang paling parah diguncang gempa Senin lalu. Inilah gempa paling mematikan dalam satu dekade terakhir di Iran.

Sebuah foto yang menjadi viral di media sosial menunjukkan sebuah bangunan di Sarpol-e Zahab tampak rusak sedikit saja. Di sampingnya terdapat gedung yang dibangun pemerintah dalam kondisi rusak parah.

Dari situ timbul kecurigaan, ada peran buruknya konstruksi bangunan terhadap banyaknya jumlah korban tewas dalam gempa tersebut.

Jaksa Penuntut Umum di Kermanshah--kota terluas di zona gempa bumi--Mohammad Hossein Sadeghi mengatakan, pihaknya akan menginvestigasi bangunan baru yang rusak parah. Ia tak segan menuntut siapapun yang bertanggung jawab atas kondisi tersebut.

"Orang yang lalai hingga menciptakan masalah pada konstruksi bangunan harus bertanggung jawab," ujarnya, Rabu (15/11).

Sementara itu, perintah penangkapan telah dikeluarkan terhadap seorang kontraktor yang dianggap bertanggung jawab atas kerusakan parah pada gedung rumah sakit di kota Islamabad-e Gharb. Informasi tersebut disampaikan oleh Heshmatollah Falahatpisheh, Selasa (14/11), kepada kantor berita ILNA.

Di lain sisi, penduduk di daerah terdampak gempa mengeluhkan lambannya dan tidak cukup memadainya respons pemerintah selagi mereka kesulitan mendapatkan makanan, air, dan tempat berlindung.

Tak kurang 530 orang tewas dan 8.000 lainnya luka-luka dalam gempa Senin lalu.

Presiden Iran Hassan Rouhani mengunjungi daerah yang terdampak gempa paling parah, yakni Provinsi Kermanshah pada Senin (13/11) pagi waktu setempat. Dalam kunjungan tersebut, ia mengatakan akan berupaya untuk membantu para korban dalam waktu secepat-cepatnya. 

“Pemerintah akan menggunakan semua kekuatannya untuk menyelsaikan masalah ini dalam waktu sesingkat-singkatnya,” ujar Rouhani seperti dikutip dari Reuters.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement