REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Sebuah rencana pengeboman pusat perbelanjaan di Manila berhasil digagalkan oleh polisi Filipina. Pengeboman rencananya akan dilakukan saat Presiden AS Donald Trump dan sejumlah kepala negara menghadiri KTT ASEAN di kota tersebut.
Tiga tersangka anggota kelompok militan Abu Sayyaf ditangkap pada 10 November lalu, sehari sebelum KTT ASEAN dan KTT lainnya dimulai. Polisi juga berhasil menyita beberapa pistol dan granat dari para tersangka.
"Serangan teror bisa terjadi jika tidak segera digagalkan," kata polisi dalam sebuah pernyataan, dikutip Channel News Asia.
Pertemuan tingkat tinggi tersebut berakhir pada Selasa (14/11) tanpa ada insiden keamanan dan tidak ada laporan para pemimpin dunia dalam bahaya. Pertemuan itu diselenggarakan di tempat-tempat tertutup yang aksesnya sangat terbatas.
Polisi mengatakan mereka memantau sebuah unggahan di Facebook salah satu tersangka, yang mengisyaratkan rencana untuk meluncurkan serangan teror di Manila. Namun, polisi tidak mengungkapkan kapan tepatnya para tersangka akan melakukan serangan itu.
Unggahan itu termasuk foto senjata api dan alat peledak improvisasi. Di foto itu, tersangka menuliskan senjata tersebut akan digunakan untuk membunuh orang kafir dan munafik.
Tersangka juga memasang gambar target, yaitu sebuah mal dan sebuah taman di ibu kota.
Abu Sayyaf adalah jaringan militan Islam yang terbentuk pada 1990-an dengan aliran dana dari jaringan Alqaidah milik Osama bin Laden.
Jaringan ini kemudian pecah menjadi beberapa faksi, yang beberapa di antaranya terlibat dalam kejahatan penculikan untuk mendapatkan uang tebusan.