Selasa 21 Nov 2017 09:44 WIB

Kepala Oposisi yang Melawan Assad Mengundurkan Diri

Rep: marniati/ Red: Joko Sadewo
Riyad Hijab (kiri) ketika disumpah sebagai perdana menteri oleh presiden Suriah Bashar al-Assad (kanan) pada Juni kemarin.
Foto: Reuters
Riyad Hijab (kiri) ketika disumpah sebagai perdana menteri oleh presiden Suriah Bashar al-Assad (kanan) pada Juni kemarin.

REPUBLIKA.CO.ID, SURIAH -- Kepala blok oposisi utama Suriah, Riyad Hijab mengundurkan diri menjelang sebuah konferensi yang dijadwalkan di Arab Saudi. Konferensi ini bertujuan mempersatukan berbagai kelompok yang menentang Presiden Suriah Bashar al-Assad.

Dilansir Aljazirah, Selasa (21/11), Riyad Hijab adalah mantan perdana menteri di bawah Assad yang membelot setelah pemberontakan 2011. Hijab telah menjadi ketua Komite Negosiasi Tinggi yang didukung Saudi (HNC) sejak Desember 2015.

Dia mengumumkan keputusannya untuk mundur pada Senin, tanpa menjelaskan alasan pengunduran dirinya. "Setelah hampir dua tahun bekerja keras untuk melestarikan prinsip mulia revolusi Suriah saya menemukan diri saya dipaksa untuk mengumumkan pengunduran diri saya dari HNC. Saya menginginkan kedamaian dan keamanan ke negara saya tercinta, Suriah, "kata Riyad dalam sebuah pernyataan yang diposkan di media sosial.

Pengunduran dirinya terjadi dua hari sebelum sebuah konferensi oposisi Suriah di ibukota Saudi, Riyad.

Tujuan pertemuan tersebut untuk membawa platform agar partai-partai oposisi Suriah lebih dekat satu sama lain. Dan menyatukan delegasi oposisi dalam perundingan berikutnya di Jenewa.

Perpecahan di dalam oposisi telah lama terjadi. Staffan de Mistura, utusan PBB ke Suriah, sebelumnya bersikeras bahwa kelompok tersebut bersatu dalam negosiasi dengan pemerintah Suriah.

Masih belum diketahui kelompok oposisi mana yang akan ambil bagian dalam perundingan tersebut. Namun perpecahan utama di dalam oposisi antara HNC dan dua kelompok yang dinilai membangkang yakni Moskow dan Kairo.

Kelompok Moskow dan Kairo memiliki hubungan dekat dengan Rusia dan ditoleransi oleh pemerintah Assad karena sikap mereka yang lebih lembut terhadapnya. Posisi mereka dalam perang di Suriah membuat kelompok tersebut sangat berbeda dari HNC, yang telah menyerukan pemunduran Assad sebagai dasar penyelesaian konflik.

Seorang analis Suriah yang memiliki hubungan dekat dengan oposisi, Omar Kouch berpendapat pengunduran diri Riyad merupakan bentuk penolakan terhadap apa yang akan terjadi di Riyadh dan pemindahtanganan HNC. "Mereka menegakkan agenda internasional - dan khususnya Rusia - ke oposisi, jadi bagaimana mereka bisa menerima ini?" ujar Kouch.

Ia mengatakan, Arab Saudi mencoba menciptakan sebuah platform oposisi baru dengan menambahkan kelompok Moskow dan Kairo. Menurutnya, Riyad seharusnya mengundurkan diri sepekan yang lalu saat pertemuan tersebut diumumkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement