REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH -- Juru Bicara Organisasi Pekerjaan dan Bantuan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) Christopher Gunness memperingatkan mengenai situasi genting UNRWA dan Jalur Gaza.
UNRWA mengalami kesulitan keuangan dengan meningkatnya krisis kemanusiaan di wilayah itu, yang menyelimuti ketergantungan yang meningkat pengungsi Palestina atas layanan UNRWA. Dalam wawancara khusus dengan Xinhua, Gunness menjelaskan akar masalahnya ialah tak ditemukannya penyelesaian bagi nasib menyedihkan pengungsi Palestina dan keturunan mereka sampai saat ini.
"Pada saat ini, kami menghadapi defisit 77 juta dolar AS dalam anggaran operasi kami, yang, jujur saja, besar dan tak bisa diterima baik," katanya.
Komisi penasehat tersebut terdiri atas donor utama dan pemerintah tuan rumah bagi operasi UNRWA. Kebuntuan politik dan tak adanya perdamaian serta arah dan lintasan proses perdamaian sejak Oslo telah memiliki konsekuensi sangat langsung bagi UNRWA.
Jalur Gaza menghadapi blokade ketat di wilayah Mesir dan wilayah Israel, dan Tepi Barat Sungai Jordan menghadapi pendudukan yang bertambah keras, kata Gunness. "Ada penyebaran ekstrem penghinaan yang dialami rakyat Palestina", yang meningkatkan tuntutan akan layanan dan UNRWA harus menanggung biayanya.
Cerita mengenai peluang dana UNRWA tak berhenti di sini. Perdebatan yang berlangsung juga menangani masalah sensitif seperti berusaha memprioritaskan layanan.
Serangkaian krisis di Wilayah Timur Tengah telah menyelimuti kebutuhan akan kondisi kemanusiaan di Jalur Gaza, yang telah mempengaruhi seberapa banyak donor UNRWA memandang mendesaknya situasi di Jalur Gaza.
Gunness menjelaskan bahwa dengan situasi berat yang dihadapi penduduk Jalur Gaza; 80 persen di antara mereka menerima layanan UNRWA; sulit untuk membuat pilihan mengenai seleksi atau penghapusan dan "ada masalah yang pasti dengan profil Jalur Gaza serta visibilitas Jalur Gaza, tapi itu belum menghilangkan krisis buat rakyat yang tinggal di sana".
"Dunia mungkin tidak memberi perhatian buat mereka, tapi situasi di Jalur Gaza telah bertambah parah dari jam ke jam, sementara perhatian telah beralih ke belahan lain dunia," katanya. Ia memperingatkan bahwa "sekarang terdapat 64 persen pengangguran", yang menjadi "rekor".
Situasi di Jalur Gaza bertambah rumit akibat blokade dan pembatasan ekstrem terhadap gerakan barang dan orang, yang dipandang sebagai penghalang utama bagi pertumbuhan ekonomi Palestina dan pemberdayaan orang yang kurang beruntung, kata berbagai laporan PBB.
Juru bicara UNRWA itu dan beberapa pejabat lain PBB telah berulangkali memperingatkan mengenai percabangan dari berlanjutnya blokade atas Jalur Gaza. Gunness mengatakan itu terjadi akibat kebijakan blokade, gara-gara kebijakan buat manusia, "kita menghadapi situasi jumlah orang yang datang kepada kami untuk memintah bantuan telah naik 11 kali lipat".
Selama beberapa bulan belakangan, telah diumumkan bahwa 95 persen air di Jalur Gaza tak bisa diminum dan pemadaman listrik terjadi sangat lama setiap hari, kondisi yang mengakibatkan serangkaian kemunduran dalam kesehatan warga, pembangunan kembali dan kondisi kejiwaan rakyat Jalur Gaza.