Kamis 23 Nov 2017 08:21 WIB

Putin Berencana Gelar Kongres Perdamaian Suriah

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Ani Nursalikah
Presiden Rusia Vladimir Putin (kiri) berjabat tangan dengan Presiden Suriah Bashar Assad di kediaman Bocharov Rucheidi resor Laut Hitam Sochi, Rusia, Senin (20/11).
Foto: Mikhail Klimentyev, Kremlin Pool Photo via AP
Presiden Rusia Vladimir Putin (kiri) berjabat tangan dengan Presiden Suriah Bashar Assad di kediaman Bocharov Rucheidi resor Laut Hitam Sochi, Rusia, Senin (20/11).

REPUBLIKA.CO.ID, SOCHI -- Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan rencana digelarnya sebuah kongres perdamaian Suriah. Kongres itu sebagai upaya mengakhiri perang saudara yang telah terjadi selama enam tahun.

Vladimir Putin mengumumkan hal tersebut setelah melakukan pembicaraan dengan Presiden Iran Hassan Rouhani dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.

 

Dalam sebuah pernyataan bersama, mereka mendesak pemerintah Suriah dan oposisi berpartisipasi secara konstruktif. Belum ada usulan jadwal untuk kongres yang diumumkan. Namun, kongres tersebut akan diadakan di resor Laut Hitam Rusia, Sochi.

 

Inisiatif tersebut muncul saat kelompok oposisi Suriah bertemu di ibu kota Saudi, Riyadh menjelang putaran terakhir perundingan yang didukung PBB di Jenewa pekan depan. Namun, kepala Komite Negosiasi Tinggi (HNC) Riyad Farid Hijab, sebuah kelompok payung yang didukung Saudi yang mewakili oposisi di putaran terakhir, mengundurkan diri pada Senin (20/11).

 

Hijab mengatakan, ia dipaksa mengumumkan pengunduran dirinya setelah hampir dua tahun menjabat sebagai Perdana Menteri Suriah, namun ia berharap komite tersebut melanjutkan pencapaiannya.

 

Pembicaraan Putin dengan rekan-rekannya dari Turki dan Iran di Sochi, Rusia terjadi beberapa hari setelah dia menjadi tuan rumah bagi sekutu Suriahnya, Presiden Bashar al-Assad. Putin mengatakan kepada Assad kampanye militer telah selesai, namun masih ada jalan lain yang harus ditempuh. Ia mengatakan pada saat itu, bahwa ia ingin maju dengan proses politik.

 

"Kongres akan melihat pertanyaan kunci mengenai agenda nasional Suriah," kata Putin kepada wartawan saat duduk bersama dengan Rouhani dan Erdogan, seperti yang dilansir dari BBC News, Kamis (23/11).

 

"Pertama-tama, ini adalah penyusunan kerangka kerja untuk struktur negara masa depan, penerapan konstitusi baru, dan, berdasarkan hal itu, penyelenggaraan pemilihan di bawah pengawasan Perserikatan Bangsa-Bangsa," tambah Putin.

 

Putin mengatakan proses reformasi tidak akan sederhana dan akan memerlukan kompromi dan konsesi dari semua pihak, termasuk dari pemerintah Suriah. Kongres tersebut, kata Putin, akan diadakan di Sochi, Rusia, sehingga bisa menjadi rangsangan untuk perundingan yang akan diselenggarakan oleh PBB di Jenewa.

 

Isu masa depan Assad juga menjadi titik akhir dalam pembicaraan sebelumnya. Kelompok oposisi bersama pimpinan AS, Inggris, Prancis, Jerman dan Uni Eropa telah lama bersikeras bahwa Assad harus turun dari jabatannya.

 

Putin mengumumkan pada Maret 2016, pasukannya telah mencapai tujuan mereka di Suriah, namun kampanye akan terus berlanjut. Rusia telah dituduh membunuh ratusan warga sipil Suriah dengan serangan udara, Namun Putin menolak klaim tersebut.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement