REPUBLIKA.CO.ID, YANGON -- Paus Fransiskus mendarat di Yangon pada Senin (27/11). Ini adalah kunjungan yang tidak mudah bagi pemimpin gereja Katolik Roma ini di tengah tuduhan Myanmar melakukan tindakan pembersihan etnis terhadap Muslim Rohingya.
"Mereka mengatakan itu terlalu panas (di Myanmar). Maafkan aku, tapi mari kita berharap setidaknya akan berubah," katanya.
Kedatangan Paus dinanti oleh umat katolik di negara tersebut. Suku minoritas etnis berpakaian tradisional menyambut Paus Francis di bandara Yangon, dan anak-anak memberinya bunga saat ia turun dari pesawat.
Paus melambaikan tangan melalui jendela mobil yang terbuka kepada anak-anak yang melambaikan bendera dan kaos Vatikan dan Myanmar dengan semboyan "Love and Peace"
"Kami datang ke sini untuk melihat Bapa Suci. Itu terjadi satu kali dalam ratusan tahun," kata Win Min Set, seorang pemimpin komunitas yang membawa 1.800 umat Katolik dari negara bagian selatan dan barat negara tersebut.
Ia mengatakan, Paus Francis sangat memahami urusan politik sehingga ia akan menangani masalah krisis Rohingya dengan tepat.
Sejumlah besar polisi anti huru hara dimobilisasi di kota utama negara tersebut namun tidak ada tanda-tanda adanya demonstrasi. Umat Katolik di Myanmar hanya berjumlah 700 ribu orang dari 51 juta penduduk Myanmar. Ribuan dari mereka melakukan perjalanan dengan kereta dan bus ke Yangon, dan bergabung dengan yang lainnya untuk melihat Paus.
Menurut juru bicara Gereja Katolik Myanmar Mariano Soe Naing, lebih dari 150 ribu orang telah mendaftarkan diri untuk sebuah misa yang akan dihadiri Paus Francis di Yangon pada Rabu.
Perjalanan Paus Francis ke Myanmar dinilai sebagai perjalanan yang rumit. Beberapa penasihat kepausan telah memperingatkannya untuk tidak mengatakan kata "Rohingya". Mereka khawatir jika Paus menggunakan istilah tersebut dapat membuat militer dan pemerintahan mayoritas umat Buddha melawan orang Kristen yang minoritas.
Paus dijadwalkan akan mengunjungi Bangladesh, di mana lebih dari 620 ribu orang Rohingya telah melarikan diri dari tindakan kekerasan militer Myanmar. Paus Francis diperkirakan akan bertemu dengan sekelompok pengungsi Rohingya di Dhaka, ibu kota Bangladesh pada perjalanan keduanya.