Selasa 28 Nov 2017 13:49 WIB

Kepada Paus, Jenderal Myanmar Sebut tak Ada Diskriminasi Agama

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Ani Nursalikah
Paus Francis saat tiba di bandara di Yangon, Myanmar, Senin (27/11).
Foto: L'Osservatore Romano/Pool Photo via AP
Paus Francis saat tiba di bandara di Yangon, Myanmar, Senin (27/11).

REPUBLIKA.CO.ID, YANGON -- Kepala militer Myanmar Jenderal Min Aung Hlaing mengatakan kepada Paus Francis tidak ada diskriminasi agama di Myanmar. Menurutnya, semua agama di negara tersebut dapat beribadah dengan bebas.

"Tatmadaw sedang berusaha memulihkan perdamaian, dan keinginan semua orang Tatmadaw adalah untuk menjamin perdamaian di negara ini. Myanmar tidak memiliki diskriminasi etnis," kata Hlaing, pada Senin (27/11), dengan menggunakan nama lain untuk tentara Myanmar, dikutip BBC.
Paus bertemu dengan Jenderal Min Aung Hlaing dan jenderal-jenderal tinggi Myanmar lainnya di bekas ibu kota Yangon. Juru bicara Vatikan Greg Burke mengatakan kunjungan kehormatan selama 15 menit itu diikuti dengan pertukaran hadiah.
Sebelumnya, Paus telah menyuarakan dukungannya terhadap minoritas Rohingya di Myanmar. Ia diperkirakan akan menekan pemerintah Myanmar untuk berbuat banyak dalam mengatasi krisis ini.
Namun perjalanan Paus ini merupakan pertaruhan yang cukup tinggi, bahkan penggunaan kata Rohingya saja akan menjadi kontroversi. Pemerintah Myanmar dan sebagian besar penduduknya menganggap etnis Rohingya sebagai imigran ilegal Bengali.
Mereka menolak menyebut para imigran itu dengan sebutan Rohingya, walaupun mereka bisa melacak akar keturunan Rohingya di negara ini berabad-abad yang lalu.
Para ahli memperingatkan, perjalanan ini mengharuskan Paus menyeimbangkan isu kemanusiaan, diplomatik, dan relijius. Bahkan salah satu kardinalnya sendiri telah menyarankan Paus menghindari penggunaan kata Rohingya karena takut mengulur-ulur pesan rekonsiliasi sebelum dimulai.
Vatikan menekankan, kunjungan Paus Francis ke Myanmar adalah kunjungan rutin kepausan yang pertama ke negara ini. Kunjungan ini tidak akan berfokus pada isu Rohingya. "Seperti yang Paus katakan menjelang perjalanan, dia akan membawa pesan damai, pengampunan, dan rekonsiliasi," kata Burke pekan lalu.
Militer Myanmar telah dituduh melakukan tindakan brutal terhadap Rohingya di Negara Bagian Rakhine, sebuah wilayah miskin di barat negara tersebut. Sejak krisis dimulai, lebih dari 620 ribu warga Rohingya telah melarikan diri dengan menyeberangi perbatasan ke negara tetangga Bangladesh.
Paus telah mengecam kekerasan terhadap Rohingya dan menyebut mereka sebagai saudara dan saudari yang teraniaya. Paus dijadwalkan juga untuk melakukan perjalanan ke Bangladesh akhir pekan ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement