REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Badan Kesehatan Dunia (WHO)dan European Center for Disease Prevention and Control (ECDC), Selasa (28/11), telah menerbitkan laporan tentang persentase pengidap virus HIV diEropa sepanjang 2016. Laporan tersebut menunjukkan adanya peningkatan tajam pengidap HIV di Benua Biru, khususnya di Eropa Timur.
Laporan yang dirilis WHO dan ECDC mengungkapkan terdapat sekitar 160 ribu orang di Eropa yang terjangkit HIV dan menyebabkan AIDS sepanjang 2016. Sekitar 80 persen di antaranya berada di Eropa Timur.
Jumlah ini meningkat dalam skala yang dinilai cukup mengkhawatirkan. Ini adalah jumlah kasus tertinggi yang tercatat dalam satu tahun.
"Jika kecenderungan ini berlanjut, kita tidak akan mencapai target mengakhiri epidemi HIV pada 2030," kata direktur regional WHO Zsuzsanna Jakab.
Dikretur ECDC Andrea Ammon menilai Eropa harus melakukan upaya ekstra menekan perkembangan epidemi HIV. "Eropa perlu melakukan lebih banyak dalam merespons wabah HIVnya," ujar Ammon.
Ammon menerangkan, terjangkitnya seseorang hingga dia terdiagnosis mengidap HIV membutuhkan waktu kira-kira tiga tahun. Jangka waktu ini terlalu lama dan harus segera dilakukan tindakan pencegahan.
Dalam laporannya, WHO dan ECDC juga menyinggung tentang pentingnya strategi baru memperluas jangkauan tes HIV, termasuk layanan pengujian oleh diri sendiri dan yang disediakan oleh penyedia layanan.
Wilayah WHO Eropa terdiri dari 53 negara, dengan populasi hampir 900 juta orang. Laporan ECDC dan WHO menemukan selama 10 tahun terakhir, tingkat infeksi HIV baru yang terdiagnosis di wilayah ini telah meningkat sebesar 52 persen, yakni dari 12 orang di setiap 100 ribu penduduk pada 2007 menjadi 18,2 orang di setiap 100 ribu penduduk pada 2016.