REPUBLIKA.CO.ID,PYONGYANG -- Korea Utara (Korut) mengklaim kesuksesan uji coba peluncuran rudal baru pada Rabu (29/11) dini hari. Negara itu mengatakan roket yang diluncurkan adalah jenis terbaru rudal balistik antarbenua (ICBM) yang dapat mencapai daratan Amerika Serikat (AS).
Dalam sebuah pengumuman khusus yang disiarkan di TV pemerintah, rezim tersebut mengatakan mereka telah berhasil menguji rudal Hwasong-15. Namun, klaim itu belum diverifikasi secara independen. Pyongyang belum membuktikan mereka memiliki kemampuan untuk membawa hulu ledak nuklir mini bersama rudal jarak jauh, untuk dikirimkan ke kota-kota di AS.
Uji coba itu memicu peluncuran rudal oleh Korea Selatan (Korsel) sebagai tanggapan dan menghidupkan kembali ketegangan di wilayah tersebut setelah jeda lebih dari dua bulan. Uji coba kali ini adalah uji coba rudal balistik Korut ke-20 di tahun ini dan mungkin merupakan uji coba rudal balistik antarbenua ketiga yang berhasil, setelah dua peluncuran pada Juli lalu.
Presiden Korsel Moon Jae-in menyuarakan kekhawatirannya, uji coba rudal akan membuat keamanan regional menjadi tidak terkendali dan membuat AS mempertimbangkan untuk melakukan serangan pre-emptive. Peluncuran ini juga menambah kekhawatiran, Korut akan memiliki persenjataan militer yang bisa dengan tepat menargetkan daratan AS.
Rudal tersebut dilaporkan telah terbang selama 50 menit dengan lintasan yang sangat tinggi, mencapai 4.500 km di atas bumi (10 kali lebih tinggi dari orbit Stasiun Antariksa Internasional NASA). Rudal kemudian turun sekitar 1.000 km dari lokasi peluncuran di barat pantai Jepang.
Ahli fisika dan rudal di Union of Concerned Scientists David Wright menghitung, pada lintasan normal, bukan tinggi, rudal tersebut memiliki jarak tempuh hingga 13 ribu km. Jarak tersebut cukup untuk mencapai Washington, dan bagian barat AS lainnya, termasuk Eropa atau Australia.
Peluncuran ini mematahkan optimisme Rudia yang mengatakan, jeda uji coba rudal menunjukkan Pyongyang siap meredakan ketegangan. Moskow dan Beijing sebelumnya menyatakan Korut dapat membekukan uji coba rudal dan nuklir dengan imbalan penghentian latihan militer AS dan sekutu.
"Saya kira jeda Korut selama dua bulan terakhir menunjukkan peta jalan pembekuan secara simultan," kata Makil Menteri Luar Negeri Rusia, Igor Morgulov, kepada wartawan di Seoul pada Senin (27/11).
Pakar keamanan Asia Pasifik di Yale Law School dan Center for New American Security, Mira Rapp-Hooper, mengatakan peluncuran di malam hari sangat penting, karena saat itulah mereka memulai peluncuran dalam kondisi operasional.
"Peluncur mobile penting karena kemampuan rudal mereka semakin dapat bertahan. Kita tidak dapat mengancam untuk mengeluarkan rudal di landasan peluncuran jika tidak ada landasan peluncuran dan kita tidak tahu dari mana asalnya," jelas Rapp-Hooper, dikutip The Guardian.