REPUBLIKA.CO.ID,SEOUL -- Menteri Pertahanan Amerika Serikat James Mattis mengatakan, keputusan Korea Utara menguji coba rudal Intercontinental Ballistic Missile (ICBM) tertinggi, dan diduga memiliki kemampuan luncur setinggi seribu kilometer atau 620 mill sebelum mendarat, bukan hanya menimbulkan ancaman bagi Amerika, tapi juga dunia. Menurut Mattis, peluncuran rudal pada Rabu (29/11) pagi tadi di Laut Jepang merupakan rudal keenam yang diluncurkan Korea Utara.
"Ini meluncur lebih tinggi dan lebih terang-terangan dibanding tembakan sebelumnya, dan lebih mengancam seluruh bagian di dunia," kata Mattis melalui laman //bbc.com yang dilansir Republika.co.id, Rabu (29/11).
Menurut Koresponden Pertahanan dan Diplomatik BBC Jonathan Marcus, rudal yang diluncurkan dari Pyongsong, Korea Utara, ini adalah provokasi lanjutan yang telah diluncurkan Korea Utara. Selama 2017, Korea Utara telah menciptakan beberapa rudal balistik dengan berbagai versi. Beberapa diantaranya meledak sesaat setelah diluncurkan, namun ada pula yang mampu menempuh jarak ratusan mil sebelum mendarat di laut.
Uji coba yang dicetuskan Korea Utara terjadi pada 12 Februari, yaitu sebuah rudal balistik jarak menengah yang diluncurkan dari pangkalan udara Banghyon dan mampu terbang sejauh 500 kilometer menuju Laut Jepang. Percobaan kedua terjadi pada 4 April dengan jenis rudal yang memiliki kesamaan dengan sebelumnya, namun hanya mampu terbang sekitar 60 kilometer.
Tembakan ketiga pada 4 Juli adalah percobaan pertama rudal Intercontinental Ballistic Missile (ICBM) yang memiliki jangkauan yang sangat jauh bahkan jarak antarbenua sekalipun. ICBM pertama Korea Utara saat itu berhasil mencapai ketinggian 2.802 kilometer dan terbang selama 39 menit sebelum menghantam laut.
Tak puas, pada 29 Agustus lalu Korea Utara kembali mencoba ICMB yang diluncurkan dari Pyongyang menuju Laut Jepang, dan terbang sejauh 550 kilometer. Uji coba ICMB terakhir yang dilakukan pada 15 September berhasil menempuh jarak 3.700 Kilometer dan mendarat di laut lepas Hokkaido, Jepang dengan ketinggian sekitar 770 Kilometer.
"Sedangkan tembakan yang mereka (Korea Utara) lakukan hari ini mampu menempuh jarak tembakan 960 kilometer dan meluncur selama 53 menit sebelum mendarat di perairan dengan kedalaman 370 kilometer di laut pantai Jepang," lanjut Jonathan.
Dia juga menganggap, tembakan ini menunjukkan sikap pemberontakan Korea Utara atas tekanan yang diterimanya dari Amerika Serikat, bahkan Cina. Korea Utara sebagai negara yang paling terisolasi dan telah mendapatkan sanksi berat dari dunia, kata Jonanthan menjadi masalah tanpa solusi, terlebih tentang program nuklir yang kini menjadi masalah penting yang harus diselesaikan Trump.
"Untuk menanganinya, Amerika telah mendesak pertemuan dengan Dewan Keamanan PBB tentang peningkatan tekanan pada Pyongyang," kata Jonathan.
Saat mengadakan pertemuan PBB bersama perwakilan dari berbagai negara, pedapat tentang nuklir Korea Utara bermunculan banyak negara, seperti Uni Eropa yang menganggap peluncuran rudal tersebut sebagai pelanggaran yang tidak dapat ditolerir. Dan Inggris yang menyebut tindakan Korea Utara sebagai tindakan yang sembrono.
Namun sebagai negara yang hampir menjadi sasaran nuklir, perwakilan Jepang Shinzo Abe mengaku tidak pernah menerima tindakan provokatif dari Korea Utara secara langsung. Mengingat rudal yang ditembakkan Korea Utara tidak melintasi Jepang, melainkan langsung menuju Laut Jepang.