Rabu 29 Nov 2017 16:20 WIB

Paus Fransiskus Minta tak Ada Balas Dendam

Rep: Crystal Liestia Purnama/ Red: Ani Nursalikah
Paus Francis berbicara dengan Presiden Myanmar Htin Kyaw di Istana Kepresidenan di Naypyitaw, Myanmar, Selasa (28/11).
Foto: Max Rossi/Pool Photo via AP
Paus Francis berbicara dengan Presiden Myanmar Htin Kyaw di Istana Kepresidenan di Naypyitaw, Myanmar, Selasa (28/11).

REPUBLIKA.CO.ID, YANGON -- Paus Fransiskus melakukan misa publik pertamanya di Yangon, Myanmar. Kepada sekitar 150 ribu jemaatnya yang menghadiri Misa tersebut, dengan kukuh ia membela hak-hak etnis di negara yang menghadapi pembersihan etnis.

Namun ia juga meminta orang-orang tidak membalas dendam dengan mengatakan itu bukan jalan Yesus. Paus Francis merujuk pada kekerasan yang menimpa etnis yang dilanda konflik.

Ia kembali menghindari untuk menggunakan istilah Rohingya, komunitas Muslim sebanyak 620 ribu jiwa yang telah melarikan diri ke Bangladesh. Dan PBB telah menggambarkan tindakan keras yang ditujukan kepada sebagian masyarakat negara bagian Rakhine itu sebagai kampanye pembersihan etnis di buku teks sekolah.

Pemerintah Myanmar enggan menyebut mereka Rohingya, mereka dilabeli sebagai komunitas Bengali. Pemerintah mengatakan mereka bermigrasi secara ilegal dari Bangladesh, jadi tidak boleh terdaftar sebagai salah satu kelompok etnis di negara itu. Myanmar juga menyangkal tuduhan pembersihan etnis, namun hanya bertindak membasmi gerilyawan yang telah melakukan penyerangan mematikan terhadap terhadap pos polisi.

 

Sebelumnya, Paus Francis telah diperingatkan oleh perwakilan Katolik agar tidak menyebutkan etnis Rohingya. Karena hal itu dapat mengucilkan kelompok Buddha dan mempersulit posisi kelompok minoritas Katolik di sana yang berjumlah sekitar 600 ribu jiwa.

 

Dalam pidatonya pada Rabu, (29/11), Paus Fransis merujuk pada diskriminasi etnis dan konflik yang ia lihat di Myanmar selama beberapa dasawarsa. "Saya tahu banyak yang menanggung luka kekerasan di Myanmar, luka terlihat dan tak terlihat. Kita mungkin berpikir penyembuhan dapat dilakukan dengan kemarahan dan balas dendam. Namun cara balas dendam bukan jalan Yesus," dikutip BBC, Rabu (29/11).

 

Sekitar 90 persen dari pemeluk Katolik berasal dari etnis minoritas, dan puluhan pemuja telah melakukan perjalanan jauh demu menghadiri Misa di Kyaikkasan Ground, Yangon. Paus Fransis juga berkeliling dengan atap mobil yang dibuka sambil melambaikan tangannya. Diikuti dengan beberapa biarawati yang menyanyikan lagu-lagu rohani berbahasa Latin.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya