Sabtu 02 Dec 2017 08:18 WIB

Ribuan Warga Yaman Serukan Kemerdekaan Aden

Rep: Crystal Liestia Purnama/ Red: Budi Raharjo
Anak-anak di Yaman menderita gizi buruk dan kelaparan karena blokade yang dilakukan koalisi Arab Saudi.
Foto: Ali Ashwal/Save the Children
Anak-anak di Yaman menderita gizi buruk dan kelaparan karena blokade yang dilakukan koalisi Arab Saudi.

REPUBLIKA.CO.ID,ADEN -- Ribuan warga Yaman berkumpul di kota pelabuhan di Yaman untuk menandai hari kemerdekaan. Alih-alih mengibarkan bendera Yaman, mereka justru mengibarkan bendera separatis untuk menyerukan agar selatan negara tersebut melepaskan diri dari utara.

Sudah lima tahun pemberontakan di Aden berakhir dengan kekerasan. Yaman berada dalam cengkeraman perang selama dua setengah tahun yang telah membuat lebih dari 10 ribu orang meninggal dunia akibat pertempuran tersebut.

Selain itu juga berdampak pada kelaparan dan wabah penyakit. Yaman sudah berada di tengah wabaah kolera terbesar dalam sejarah yang tercatat, dan sekarang harus menghadapi wabah difteri.

Perjuangan kemerdekaan Aden berdarah. Pertempuran tersebut terjadi antara pasukan pemerintah yang didukung Arab Saudi dan pasukan pemberontak Houthi yang didukung Iran. Kemudian sekarang ada pihak ketiga yang muncul mengambil keuntungan yaitu kaum ekstremis.

Perang terus berlanjut, dikombinasikan dengan serangan udara dan blokade pada impor barang. Sehingga tujuh juta dari total penduduk 20 juta berada di ambang kelaparan. Dan kini Yaman menjadi negara termiskin di dunia Arab.

Seperti dilaporkan Sky News, Sabtu (2/12), PBB telah menyebut krisis di Yaman sebagai krisis kemanusiaan terbesar di dunia. Dan karena seruan pihak separatis terus berlanjut, perdamaian untuk negara termiskin di Teluk Arab terlihat sangat jauh.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement