Ahad 03 Dec 2017 03:45 WIB

Ribuan Orang Berdemo Melawan Partai Anti-Islam di Jerman

Rep: Febrianto Adi Saputro/ Red: Israr Itah
Pendemo meneriakkan tuntutan dan memegang spanduk dalam demonstrasi melawan konvensi pemilihan pemimpin partai sayap kanan Jerman Alternative fuer Deutschland (AfD) di Congress Center, Hanover, Sabtu (2/12). AfD merupakan partai yang anti-Islam dan anti-imigran.
Foto: EPA-EFE/SRDJAN SUKI
Pendemo meneriakkan tuntutan dan memegang spanduk dalam demonstrasi melawan konvensi pemilihan pemimpin partai sayap kanan Jerman Alternative fuer Deutschland (AfD) di Congress Center, Hanover, Sabtu (2/12). AfD merupakan partai yang anti-Islam dan anti-imigran.

REPUBLIKA.CO.ID, HANOVER -- Ribuan massa berkumpul menentang pemilihan pemimpin partai yang mengusung kampanye anti-Islam dan anti-imigran, Alternative fur Deutschland (AfD) di Hanover, Jerman, Sabtu (2/12). Dilansir dari Aljazeera.com, para demonstran meneriakkan slogan dan memegang spanduk bertuliskan "Hanover melawan Nazi" dan "Melawan rasialisme".

AfD diketahui berhasil memenangkan hampir 100 kursi di parlemen dalam pemilihan di Jerman pada September lalu. itu berarti AfD akan menjadi partai oposisi resmi jika Kanselir Angela Merkel masuk ke dalam sebuah koalisi dengan Demokrat Sosial.

Mengutip laporan Aela Callan dari Aljazeera.com, ia mengatakan bahwa suara anggota partai akan menentukan apakah AfD akan mempertahankan sikap anti-Islam, anti-imigran, atau suara yang moderat untuk menarik lebih banyak pemilih.

"Apakah partai akan tersebut akan memutuskan untuk memilih pemimpin yang lebih fundamentalis, atau apakah akan memilih seseorang yang lebih moderat yang akan memiliki daya tarik yang lebih luas kepada pemilih Jerman," katanya.

AfD didirikan tahun 2013 sebagai alat untuk mempromosikan agenda eurosceptic. Sejak saat itu AfD fokus pada isu imigrasi dan Islam. Sebelumnya, pemimpin pertama AfD, Bernd Lucke mengundurkan diri pada 2015 karena partai tersebut telah berubah menjadi Islamofobia dan xenofobia.

Itu bermula dari krisis pengungsi Eropa yang mencapai puncaknya pada 2015, sehingga memberi tempat bagi AfD untuk menumbuhkan skeptisisme multikulturalisme mereka.

Di bawah kepemimpinan Merkel, Jerman membuka akses bagi lebih dari satu juta pengungsi dan migran yang kemudian memicu kritik sengit dari pimpinan AfD. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement