Ahad 03 Dec 2017 15:27 WIB

Sebagian Warga Australia yang Terjebak di Bali Mulai Pulang

Penumpang di Bandara Internasional Perth, Australia Selatan, menghabiskan waktu seharian terburu-buru berusaha mendapatkan pesawat yang akan berangkat ke Bali menyusul informasi penutupan bandara dari dan menuju Bali.
Foto: ABC
Penumpang di Bandara Internasional Perth, Australia Selatan, menghabiskan waktu seharian terburu-buru berusaha mendapatkan pesawat yang akan berangkat ke Bali menyusul informasi penutupan bandara dari dan menuju Bali.

REPUBLIKA.CO.ID, PERTH -- Adegan emosional terlihat di Bandara Internasional Perth pada Kamis (30/11) saat sejumlah penumpang yang beruntung tiba dari Bali, menyusul dibukanya kembali penerbangan dari dan menuju Bandara Ngurah Rai Bali.

Maskapai Australia Jetstar dan Qantas mengoperasikan 16 penerbangan pada Kamis (30/11) dan Jumat (1/12) dini hari untuk menerbangkan sebanyak mungkin warga Australia keluar dari Bali. Staf dari kedua maskapai ini mencoba membereskan antrean terbang bagi sekitar 100 ribu penumpang.

Lulusan sekolah menengah, Alastair McCoy, termasuk di antara mereka yang berhasil berkumpul kembali dengan keluarga dan teman-temannya di Bandara Internasional Perth pada Kamis (30/11), setelah menunggu dengan cemas dan pembatalan beberapa penerbangan.

Kathleen McCoy kembali bertemu dengan puteranya setelah berhasil pulang dari Bali
Alastair McCoy (kanan) bertemu dengan ibunya Kathleen setelah berhasil pulang dengan menggunakan pesawat dari maskapai Jetstar .

ABC News: James Carmody

Ibunya, Kathleen McCoy menghabiskan uang ratusan dolar untuk membeli tiket pesawat, berusaha memulangkan anaknya usai menghabiskan pekan liburan kelulusan sekolah, sebelum akhirnya berhasil mendapatkan penerbangan Jetstar ke Australia Barat (WA).

"Benar-benar membingungkan ... saya tidak bisa memikirkan hal yang lebih baik," kata Kathleen McCoy.

Alastair McCoy mengatakan banyak teman-temannya masih terjebak di Bali dan menggambarkan kondisi di sana serba mahal. "Semua harga sudah dinaikkan," katanya.

"[Saya] benar-benar senang berada di rumah."

Kathleen McCoy mengatakan, merupakan sebuah "kelegaan" melihat anaknya kembali pulang.

Kathleen McCoy dan puteranya Alastair
Kathleen McCoy mengeluarkan uang ratusan dolar agar anaknya bisa keluar dari Pulau Bali.

ABC News: James Carmody

Kathleen McCoy mengatakan, dua kursi yang sudah dia bayarkan untuk penerbangan pulang lainnya menjadi sia-sia karena maskapai lain tidak mengizinkannya mengubah rincian penumpang. "Bagi saya itu sangat tidak bertanggung jawab karena akibatnya ada anak-anak yang akan ditinggalkan di sana dalam situasi yang rentan," katanya.

Seorang ayah tunggal, Phil Wickham, berhasil mendapatkan satu kursi untuk dirinya dalam penerbangan AirAsia setelah sempat bermalam di bandara Ngurah Rai Bali selama empat malam dan tiga penerbangannya dibatalkan. "Saya punya tiga anak kecil yang saya cintai dan saya harus pulang ke rumah, jadi saya mencoba segala upaya," katanya setelah kembali ke Perth.

"Saya tidak ingin tinggal di sana lagi, tapi orang Bali juga menderita."

Tetap melangsungkan pernikahan di Bali

Sementara beberapa dari penumpang yang terjebak di Bali sudah tiba di rumah, beberapa penumpang lainnya di Bandara (Perth) justru berusaha mencapai Bali, mereka juga harus berjuang mendapatkan tempat duduk di salah satu penerbangan yang kembali dibuka.

Allan Fairbrother dijadwalkan menikah pada Sabtu (2/12) siang di Pantai Kuta di Bali, namun letusan Gunung Agung telah menimbulkan malapetaka pada rencana pernikahannya itu. "Kejadian ini benar-benar membuat kacau, semuanya sudah dipesan dan siap berangkat," katanya.

"Saya tidak tahu penerbangan akan dibuka hari ini (30/11). Saya sudah menyusun ulang seluruh rute penerbangan saya.”

"Sekarang mereka membuka penerbangan langsung tapi semuanya dilakukan secara acak.”

Alan Fairweather berusaha untuk menghadiri pernikahannya di Bali
Alan Fairweather mengatakan terlalu sulit untuk membatalkan pernikahannya di Bali.

ABC News: James Carmody

Fairbrother mengatakan tamu pernikahannya akan terbang ke Bali dari Jakarta, Melbourne dan Perth, namun banyak yang membatalkan perjalanan itu karena ketidakpastian. Dia mengatakan bahwa pada awalnya ada 80 tamu yang diharapkan hadir, tapi sekarang hanya sekitar 30 yang kemungkinan akan datang.

"Ada tamu yang datang dari mana saja. Orang sangat cemas, tidak tahu apa yang sedang terjadi," katanya.

"Pernikahan itu akan tetap berlangsung, tapi apakah kita akan mendapatkan tamu atau tidak adalah cerita lain.

"Saya akan sampai di sana dengan cara bagaimanapun ... jika saya mendapatkan penerbangan langsung, saya akan melakukannya, kalau tidak saya harus menempuh perjalanan yang lebih panjang, tapi terlalu sulit untuk dibatalkan."

Rekan sesama pelancong, Josh Clift juga telah menghabiskan waktu selama berhari-hari di Bandara Internasional Perth untuk dapat terbang ke Bali.

Josh Clift berusaha mendapatkan pesawat menuju Bali
Josh Clift mengaku dia tidak khawatir pergi ke Bali meski ada ancaman awan abu vulkanis dari Gunung Agung.

ABC News: James Carmody

Dia mengatakan dirinya tidak khawatir terbang ke Bali dengan abu vulkanis di udara. "Menurut saya maskapai tidak akan menerbangkan pesawat mereka jika memang mereka  mendapati ada peluang besar pesawat mereka akan mengalami kecelakaan pastinya. Ada banyak penerbangan yang masih memutuskan untuk  terbang ke sana, jadi pasti tidak apa-apa," katanya.

Namun, masih ada kemungkinan pembatalan dan penundaan yang lebih banyak akibat abu vulkanis. Jetstar meminta para penumpangnya yang dijadwalkan bepergian ke Bali sebelum 7 Desember mempertimbangkan membatalkan perjalanan mereka atau mengubah tanggal perjalanan mereka.

Erupsi Gunung Agung
Ada kemungkinan kuat penerbangan dari dan menuju Bali akan kembali terganggu akibat abu vulkanis dari Gunung Agung.

AP: Firdia Lisnawati

Simak beritanya dalam Bahasa Inggris disini.

sumber : http://www.australiaplus.com/indonesian/berita/sebagian-warga-australia-yang-terjebak-di-bali-mulai-pulang/9213870
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement