REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Direktur Pusat Badan Intelijen (CIA) AS Mike Pompeo mengatakan pada Sabtu (2/12) waktu setempat dia mengirim surat kepada Mayjen Iran Qassem Soleimani dan para pemimpin Iran. Ia mengungkapkan keprihatinannya mengenai perilaku Iran yang semakin mengancam di Irak.
Berbicara di sebuah panel tahunan di Forum Pertahanan Nasional Reagan di Kalifornia selatan, Pompeo mengatakan dia mengirim surat tersebut setelah komandan militer senior Iran tersebut mengindikasikan pasukan yang berada di bawah kendalinya dapat menyerang pasukan AS di Irak. Namun dia tidak menyebutkan kapan hal itu diungkapkan.
"Apa yang kami komunikasikan kepadanya dalam surat itu adalah kami akan menahan dia dan Iran bertanggung jawab atas setiap serangan terhadap kepentingan Amerika di Irak oleh pasukan yang berada di bawah kendali mereka," kata Pompeo dalam panel tersebut, dikutip Middle East Monitor, Ahad (3/12).
Namun menurut pimpinan CIA yang memimpin sejaak Januari itu, Soleimani enggan membuka surat tersebut. Reuters melaporkan pada Oktober Soleimani telah berulang kali memperingatkan para pemimpin Kurdi di Irak utara untuk mengundurkan diri dari kota minyak Kirkuk atau akan menghadapi serangan pasukan Irak dan pasukan pejuang yang didukung Iran. Pihaknya juga telah melakukan perjaalanan ke wilayah Kurdi di Irak untuk bertemu dengan pemimpin Kurdi.
Koalisi pimpinan AS telah memerangi ISIS di Irak dan Suriah dan seringkali berada di dekat milisi sekutu Iran yang memerangi ISIS di sana.
"Anda hanya perlu melihat dalam beberapa pekan terakhir dan upaya orang-orang Iran untuk memberi pengaruh sekarang di Irak Utara selain tempat-tempat lain di Irak untuk melihat usaha Iran menjadi kekuatan hegemoni di seluruh Timur Tengah terus meningkat," ujar Pompeo.
Pompeo juga mengatakan Arab Saudi semakin bersedia berbagi informasi intelijen dengan negara-negara Timur Tengah lainnya mengenai Iran dan ekstremisme.
Pemerintah Israel bulan lalu mengatakan memiliki kontak rahasia dengan Arab Saudi di tengah kekhawatiran umum mengenai Iran. Ini adalah pengungkapan pertama seorang pejabat senior dari kedua negara yang memiliki hubungan rahasia yang telah lama dikabarkan.