REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Pemerintah Filipina tengah bersiap untuk kemungkinan terburuk dari vaksin demam berdarah dengue (DBD). Alih-alih mengatasi virus, efek yang ditimbulkan justru sebaliknya dimana vaksin dapat memicu penyakit yang lebih parah.
Berdasarkan data klinis perusahaan vaksin asal Prancis, Sanofi Pasteur menunjukan jika Dengvaxia, vaksis DBD berlisensi pertama, dapat memperburuk keadaan penderita. Kondisi itu terjadi jika pasien yang diberi vaksin belum pernah terpapar penyakit DBD sebelumnya.
Seperti diwartakan Independent, Ahad (3/12) pemerintah Filipina telah menyuntikan vaksin kepada 733 ribu anak sekolah. Penemuan tersebut lantas membuat otoritas menangguhkan program imunisasi yang tengah berjalan.
Sanofi Pasteur mengatakan, Dengvaxia memberikan manfaat perlindungan yang gigih pada pasien yang sebelumnya menderita demam berdarah. Juru Bicara Departemen Kesehatan Filipina Eric Tayag mengatakan, pemeritah telah siap menghadapi skenario terburuk.
Tayag mengatakan, vaksin hanya diberikan kepada anak berusia sembilan tahun atau lebih dimana DBD telah menjadi wabah dikawasan tersebut. Dia melanjutkan, mereka yang telah divaksin saat ini tengah mendapatkan penanganan medis lebih lanjut.
Tayag menambahkan departemen kesehatan juga terus memeriksa catatan rumah sakit untuk melihat kasus demam berdarah akut. Kendati, Sanofi Pasteur mengungkapkan membutuhkan waktu paling tidak lima tahun untuk mendeteksi kasus DBD yang parah.
Sementara, melihat data departemen kesehatan memperlihatkan lebih dari 211.000 kasus demam berdarah terjadi pada tahun lalu. Wabah tersebut sedikitnya menewaskan sekitar 1.000 orang.