REPUBLIKA.CO.ID,COXS BAZAR -- Perempuan Rohingya di Boor Cox, Bangladesh dijual sebagai pekerja seks komersial. Dilansir di Aljazirah, Senin (4/12), Khartoun (bukan nama sebenarnya) yang berusia 15 tahun mengatakan dia dijual sebagai budak seks setelah tiba di Bangladesh dengan kapal untuk melarikan diri dari tindakan militer di Rakhine.
Dia datang ke Bangladesh seorang diri karena ibu, ayah, dan saudara perempuannya terbunuh akibat terkena tembakan dari militer Myanmar saat melakukan tindakan keras terhadap orang Rohingya. Setelah kedatangan Khartoun pada September, dua wanita mendekatinya di pantai dan mengatakan kepadanya bahwa mereka akan membantunya.
"Mereka mengatakan kepada saya jika saya pergi bersama mereka, mereka akan merawat saya dan membantu saya menemukan suami," kata Khartoun.
Namun alih-alih menerima bantuan, Khartoun justru dikurung selama tiga pekan dan dijual ke seorang pria Bangladesh. Menurutnya, pria tersebut memperkosa dan melakukan pelecehan seksual kepadanya selama 12 hari.
"Pria itu berkata 'Saya akan mencekik Anda, saya akan menusuk Anda, saya akan membunuh Anda. Apakah Anda ingin dibunuh dengan cara militer membunuh orang di Myanmar? Saya tidak akan membiarkan Anda pergi'," kata Khartoun.
PBB dan badan-badan bantuan mengatakan perdagangan tenaga kerja dan seks di kamp-kamp pengungsian semakin memburuk dengan masuknya lebih dari 620 ribu orang Rohingya. Militer Myanmar menyangkal semua tuduhan yang menyebutkan mereka melakukan pembunuhan massal, pemerkosaan, dan pembakaran terhadap masyarakat yang teraniaya setelah pangkalan militer diserang oleh para pejuang Rohingya. PBB mengatakan tindakan militer Myanmar sebagai bentuk pembersihan etnis.
Anggota Organisasi Internasional untuk Migrasi, Olivia Headon mengatakan tindakan mendesak diperlukan agar perempuan dan anak perempuan tetap aman di kamp-kamp pengungsi Bangladesh. "Ada perekrut di Cox's Bazar, Bangladesh, sebelum masuknya ini dan kami tahu mereka mendapatkan lebih banyak bisnis. Dan kita tahu bahwa jaringan kriminal baru telah dimulai," katanya.
Sebuah agen bantuan lokal yang mempertemukan Aljazirah dengan Khartoun mengatakan stafnya yang bekerja dengan korban perdagangan manusia telah menerima ancaman pembunuhan dari kelompok kriminal. Organisasi tersebut mengatakan beberapa gadis berusia 13 tahun telah diculik oleh para pedagang wanita.
Pria yang membeli Khartoun mengembalikannya kepada wanita yang menjualnya setelah 12 hari. Mereka meninggalkannya di kamp pengungsi Kutupalong, tempat dia tinggal sekarang.
Pada 2015, pihak berwenang Thailand menemukan jaringan luas yang memperdagangkan Rohingya dan menahan mereka untuk mendapatkan uang tebusan di kamp-kamp hutan setelah menemukan 36 mayat di kuburan dangkal di sepanjang perbatasan Thailand-Malaysia. Seorang jenderal militer di Thailand dan puluhan lainnya dihukum karena kasus tersebut pada Juli.