REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Jerman melihat Presiden AS Donald Trump sebagai tantangan yang lebih berbahaya daripada kepemimpinan otoriter Korea Utara (Korut) dan Rusia. Hal ini terungkap dalam sebuah jajak pendapat yang dilakukan oleh Koerber Foundation.
Sejak memasuki Gedung Putih pada Januari lalu, Trump membuat Jerman tidak tenang karena menarik AS dari kesepakatan iklim Paris. Trump juga menolak mengesahkan kesepakatan internasional mengenai program nuklir Iran dan mengkritik surplus perdagangan Jerman, serta kontribusinya terhadap aliansi militer NATO.
Tindakan Trump mendorong Kanselir Jerman Angela Merkel yang biasanya berhati-hati, untuk mengatakan Berlin mungkin tidak dapat mengandalkan AS lagi di masa depan. Merkel juga mendesak Eropa untuk menentukan takdir dari tangannya sendiri.
Dalam jajak pendapat terhadap 1.005 warga Jerman yang dilakukan pada Oktober lalu, sebanyak 56 persen dari mereka mengatakan hubungan Jerman dengan AS cukup buruk dan bahkan sangat buruk.
Trump dan AS berada di peringkat kedua dalam jajak pendapat. Sebanyak 19 persen responden memilihnya sebagai tantangan yang berbahaya bagi Jerman. Trump kemudian diikuti oleh Turki sebesar 17 persen, Korut sebesar 10 persen, dan Rusia 8 persen.
Dalam jajak pendapat tersebut, tantangan utama kebijakan luar negeri Jerman adalah pengungsi. Sebanyak 26 persen responden mengkhawatirkan kemampuan Jerman untuk mengatasi arus masuk para pencari suaka.
Meskipun Merkel telah berjanji, survei tersebut menunjukkan skeptisisme terhadap Jerman untuk bisa mengambil peran lebih aktif dalam krisis internasional. Sebanyak 52 persen responden mengatakan negara tersebut harus terus melanjutkan kebijakan pembatasan pengungsi pascaperang.
Baca juga, Rencana Trump Buat Yerusalem Ibu Kota Israel Bisa Terwujud.
Jajak pendapat ini menunjukkan fakta bagaimana Jerman harus menghadapi berbagai tantangan di tengah gangguan kepresidenan Trump dan keluarnya Inggris dari Uni Eropa.
Pekan lalu, Norbert Roettgen, anggota partai konservatif Merkel dan kepala komite urusan luar negeri di Bundestag, mengecam kurangnya kesadaran Jerman dalam berinvestasi lebih banyak di bidang pertahanan dan keamanan.