Sabtu 09 Dec 2017 07:41 WIB

Jokowi: Ini Mengejutkan, Menjengkelkan, dan Mendongkolkan

Rep: Debbie Sutrisno, Dessy Suciati Saputri/ Red: Elba Damhuri
Jurnalis berlarian menghindari gas air mata yang ditembakkan tentara Israel di Kota Ramallah, Tepi Barat, Palestina, Jumat (8/12)
Foto: Mohamad Torokman/Reuters
Jurnalis berlarian menghindari gas air mata yang ditembakkan tentara Israel di Kota Ramallah, Tepi Barat, Palestina, Jumat (8/12)

REPUBLIKA.CO.ID, Presiden Joko Widodo kembali menyampaikan pernyataan terkait keputusan Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Menurut dia, langkah Trump benar-benar di luar dugaan.

"Kita sedang mengantisipasi sikap (Trump) terkait Korea Utara, eh ternyata dikejutkan oleh sikap yang satunya lagi. Pemerintah Amerika Serikat yang mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Ini sungguh mengejutkan, menjengkelkan, mendongkolkan," ujar Presiden dalam pembukaan silaturahim dan kerja nasional serta hari ulang tahun ke-27 Ikatan Cendekiawan Muslim Se-Indonesia di Istana Kepresidenan, Bogor, Jawa Barat, Jumat (8/12).

Dalam pertemuan terakhir di KTT APEC, Vietnam, 6-11 November lalu, Kepala Negara mengaku berbicang akrab dengan Trump. Bahkan, pada acara makan malam yang dihadiri banyak kepala negara dan kepala pemerintahan, Trump kerap kali mengajak Ibu Negara Iriana Widodo berbincang lama. "Saya liatin saja terus," kata Presiden.

Ia lantas mengatakan, perubahan komitmen dan sikap, termasuk yang dilakukan Trump, memang sering kali menyakitkan. Meski demikian, hal-hal seperti ini yang harus bisa diantisipasi bersama. Sebagai wujud antisipasi bersama, dalam waktu dekat, Organisasi Kerja Sama Islam (Organization of Islamic Cooperation/OIC) akan melakukan pertemuan di Istanbul, Turki, Rabu (13/12). Presiden memastikan akan menghadiri acara tersebut.

Selepas Trump mengumumkan keputusan pengakuan Yerusalem sebagai ibu kota Israel yang akan diikuti dengan pemindahan Kedubes AS dari Tel Aviv, Presiden mengaku semakin sering menghubungi para petinggi negara-negara OKI. Terakhir pada Kamis (7/12) malam, Presiden telah berbincang dengan Emir Qatar Syekh Tamim bin Hamad bin Khalifa al-Tsani untuk memastikan bisa hadir. "Alhamdulillah kelihatannya semua bisa hadir," ujar Presiden.

Menurut dia, kehadiran seluruh anggota OKI, akan menunjukkan negara-negara yang mayoritas berpenduduk Muslim memberikan dukungan total untuk rakyat dan Pemerintah Palestina. Dukungan ini tidak akan berubah apa pun alasannya, termasuk dengan pernyataan Trump.

Menteri Luar Negeri Retno Lestari Priansari Marsudi mengaku telah memanggil Duta Besar AS untuk Indonesia Joseph Donovan pada Kamis (7/12) sore. Pemanggilan ini merupakan instruksi Presiden untuk menyampaikan posisi Indonesia terkait pengakuan AS terhadap Yerusalem sebagai ibu kota Israel.

"Di dalam pertemuan tersebut kembali saya sampaikan posisi resmi Indonesia sebagaimana yang diteruskan oleh Bapak Presiden," kata Retno di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Jumat (8/1).

Retno kembali menegaskan, posisi dan sikap Indonesia sudah sangat jelas dan tegas mengecam pengakuan secara sepihak oleh AS. "Jadi posisinya jelas tegas kita sampaikan dan pihak Amerika Serikat menyampaikan kembali isi dari pidato Presiden Trump," ujarnya. Seusai dipanggil oleh Retno, Donovan akan menyampaikan pesan tersebut kepada pemerintahannya.

Lebih lanjut, Retno juga menceritakan upaya Pemerintah Indonesia melakukan diplomasi dengan Pemerintah AS terkait pengakuan Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Diplomasi terus berlangsung sampai tiga jam menjelang pengumuman oleh Trump.

Ia mengaku, saat itu ia masih berkomunikasi dengan Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson yang sedang berada di Brussels, Belgia. Tak hanya dengan Menlu AS, Retno juga menjalin komunikasi dengan negara-negara Muslim lainnya terkait hal ini.

Dalam komunikasinya dengan Menlu AS, Retno kembali menyampaikan sikap dan posisi Pemerintah Indonesia. Selain itu, Pemerintah Indonesia juga berharap Pemerintah AS dapat membatalkan rencana tersebut. "Tetapi Tillerson mengatakan keputusan sudah diambil Presiden (Trump)," ujar Retno.

Tidak berdampak

Di sela-sela kunjungan kenegaraan ke Austria, Menlu AS Rex Tillerson mengklaim, kebijakan Trump terkait Yerusalem tidak mengubah situasi keamanan di Timur Tengah. Menurut dia, AS sudah dalam jalur yang benar karena mewujdukan garis politik luar negeri yang terbit sejak 1995. Isinya, meminta Presiden AS mengupayakan Kedubes AS untuk Israel pindah dari Tel Aviv ke Yerusalem.

"Pada faktanya, seperti yang Anda lihat hari ini, pengumuman (Donald Trump) tidak menimbulkan perbedaan pada situasi (di Timur Tengah). Keputusan (Trump) itu tidak lain untuk menerapkan aturan sejak 1995,” kata Tillerson seperti dikutip CNN, Jumat (8/12).

Ia menambahkan, Trump masih berkomitmen terhadap proses perdamaian di kawasan Timur Tengah, khususnya antara Palestina dan Israel. Tillerson juga menyebut sedang fokus memastikan keamanan masyarakat AS di luar negeri di tengah ancaman yang tak terelakkan. \"Sementara kita tahu orang lain di luar sana mungkin tidak menerima keputusan ini. Mereka tentu harus mengungkapkan pandangan mereka. Kami berharap mereka akan melakukannya tanpa kekerasan,\" ujarnya.

(Hasanul Rizqa, Pengolah: Muhammad Iqbal).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement