REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Solidaritas masyarakat dunia untuk Palestina berwujud aksi damai berlangsung di berbagai negara sepanjang Jumat (8/12). Mereka mengecam keputusan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Palestina. Keputusan ini juga akan segera diikuti dengan pemindahan Kedutaan Besar AS dari Tel Aviv ke Yerusalem.
Di Jakarta, aksi damai dilakukan oleh ribuan orang dari berbagai elemen. Aksi bertajuk "Aksi Damai Darurat Al Quds/Yerusalem" itu dimulai pada pukul 13.30 WIB dengan titik awal Kedubes Palestina dan berakhir di Kedubes AS.
Para peserta yang kebanyakan mengenakan pakaian putih turut membawa bendera merah putih, bendera Palestina, dan spanduk berisi keprihatinan terhadap langkah terkini Trump. Aksi juga diisi oleh orasi dari berbagai pihak, pembacaan sikap serta doa bersama.
Memasuki petang, perwakilan massa diterima oleh pihak Kedubes AS. Koordinator Aksi Damai Darurat Al Quds/Yerusalem Agus Sudarmaji mengatakan, dalam pertemuan dengan Konsul Bidang Politik Kedubes AS David Robert Greenberg, massa menyampaikan pernyataan bahwa langkah Trump sangat berpotensi negatif.
"Ucapan Donald Trump akan berpotensi membuat perang, keributan. Kita tidak mau itu terjadi karena bangsa Palestina mempunyai hak untuk merdeka, hidup damai," katanya.
Robert, menurut Agus, menerima dengan baik aspirasi massa. Ia berjanji akan menyampaikan pendapat tersebut kepada Dubes AS untuk Indonesia Joseph Donovan. Saat itu, Donovan tidak ada di tempat.
Aksi damai juga berlangsung di Kuala Lumpur, Malaysia. Selepas shalat Jumat, ribuan orang bergerak menuju Kedubes AS di Jalan Tun Razak. Massa dari semua kalangan, termasuk warga asal Palestina, mengikuti aksi tersebut.
Turut hadir para petinggi partai berkuasa di Malaysia (UMNO), PAS, Keadilan, dan organisasi nonpemerintah. Pemimpin Pemuda UMNO Khairy Jamaluddin mengatakan, pengakuan Yerusalem sebagai ibu kota Israel oleh Trump tidak dapat diterima dan ilegal. "Presiden, ini adalah pengumuman yang ilegal," katanya seperti dilansir the New Straits Times, Jumat (8/12).
Khairy lantas meminta Trump menghormati hukum internasional terkait Yerusalem. Sebab, apa yang dilakukan presiden dari Partai Republik itu telah melanggar hukum internasional. \"Apa yang Anda lakukan juga melanggar nilai-nilai kemanusiaan. Berhentilah menindas orang-orang Palestina," ujar Khairy.
Selain di Indonesia dan Malaysia, aksi damai juga berlangsung di AS. Tepatnya di Chicago, kota terbesar di negara bagian Illnois. Seperti dikutip Chicago Tribune, ratusan peserta aksi berkumpul di Federal Plaza Chicago pada Kamis (7/12) sore waktu setempat. Mereka melambaikan bendera Palestina dan meneriakkan "Free Palestine".
"Langkah sepihak ini adalah bukti lebih jauh bahwa Trump dan AS bukan dan tidak pernah menjadi perantara yang jujur untuk perdamaian di Timur Tengah," kata anggota Koalisi untuk Keadilan di Palestina Deanna Othman dalam pernyataannya.
Sedangkan di Palestina, aksi massa memprotes keputusan Trump terus berlanjut pada Jumat (8/12). Aksi dimulai selepas shalat Jumat dan berlangsung di sekitar Kota Tua Yerusalem.
Seperti dikutip CNN, sebanyak dua orang tewas dan ratusan lainnya terluka saat aksi di Tepi Barat, Yerusalem Timur, dan Jalur Gaza. Hal ini disampaikan kantor berita AFP mengutip keterangan Kementerian Kesehatan Palestina.
Bulan Sabit Merah menuturkan, telah merawat 217 korban luka di Tepi Barat dan Yerusalem Timur. Sedangkan di Jalur Gaza lebih dari 20 orang dirawat karena gas air mata dan peluru karet. Menurut kantor berita Palestina, WAFA, sekitar 50 orang korban luka harus dirawat di rumah sakit.
Selain di Indonesia, Malaysia, AS, dan Palestina, aksi serupa juga dilaporkan berlangsung di Turki, Iran, dan Pakistan.
Respons Trump
Pada Kamis (7/12) dini hari WIB, Trump menyatakan, mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Pengakuan ini akan diikuti dengan pemindahan Kedutaan Besar AS untuk Israel dari Tel Aviv ke kota suci umat Islam, Kristen, dan Yahudi tersebut.
Langkah Trump sontak menuai kecaman dari para pemimpin dunia. Mereka menilai, Pemerintah AS telah melanggar berbagai hukum internasional, termasuk resolusi Dewan Keamanan PBB. Perdamaian antara Palestina dan Israel pun diyakini bakal semakin menjauh.
Selepas menyampaikan pernyataan kepada media massa, Trump melontarkan pernyataan melalui media sosial Twitter menanggapi respons dunia internasional pada Jumat (8/12) pagi. Ini merupakan kali pertama setelah membuat kegaduhan di dunia internasional.
"Saya memenuhi janji kampanye saja - (presiden) yang lainnya tidak!" tulis dia. Cuitan itu disertai dengan video pidato presiden-presiden AS terdahulu, antara lain, Bill Clinton, George W Bush, dan Barack Obama.
Video itu menayangkan perkataan Clinton pada 1992 yang mengatakan Yerusalem adalah ibu kota Israel. "Dan harus tetap jadi kota yang tidak terpisahkan, bisa diakses oleh semua," katanya.
Bush pada 2000 juga menyampaikan hal senada. "Segera setelah menjabat, saya akan memindahkan Kedutaan Besar AS ke kota yang ditunjuk Israel sebagai ibu kotanya," ujar Bush.
Video dilanjutkan dengan pernyataan Obama pada 2008. "Saya terus menyampaikan bahwa Yerusalem akan menjadi ibu kota Israel. Saya sudah mengatakannya sebelum ini dan akan terus mengatakannya lagi nanti," kata dia.
Cuitan Trump menjadi pembelaan diri serta ajang pembuktian sebagai seseorang yang konsisten pada janji kampanye. Ia menepis segala kericuhan dan kegaduhan yang terjadi demi apa yang telah dikatakan.
(Kamran Dikarma/Rizkyan Adiyudha/Ronggo Astungkoro/Silvy Setiawan, Pengolah:Muhammad Iqbal).