Sabtu 09 Dec 2017 17:26 WIB

PBNU Harapkan Dua Hal terkait Masalah Yerusalem

Rep: Muhyiddin/ Red: Ratna Puspita
Sekjen PBNU Helmy Faishal Zaini.
Foto: Foto: Mg02
Sekjen PBNU Helmy Faishal Zaini.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Helmy Faishal Zaini mengatakan bahwa pihaknya mengharapkan dua hal atas sikap Presiden Amerika Serikat, Donald Trump yang mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.

"Kami harapkan bahwa dengan situasi yang cukup panas ini, setidaknya ada dua hal," ujarnya dalam diskusi dengan topik Kotak Pendora Itu Bernama Yerussalem di Gado-Gado Boplo, Jakarta Pusat, Sabtu (9/12).

Pertama, menurut Helmy, PBNU berharap agar semua pihak mengantisipasi dampak politik yang akan terjadi di dalam negeri. Karena itu, Helmy mengingatkan kepada semua pihak agar masalah Yerusalem tersebut tidak dipandang dari segi agama.

"Kita ajak agar semua masalah Yerusalem tidak diletakkan antar agama, tapi harus diletakkan sebagai masalah kemanusiaan," ucapnya.

Kedua, lanjut Helmy, diharapkan masalah kedaulatan Palestina tetap dipertahankan. Sebab, keputusan sepihak Trump tersebut telah melanggar konsensus resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun 1968.

"Saat itu ditetapkan tidak ada lagi perubahan batas wilayah Palestina," katanya.

Karena itu, PBNU juga mengajak agar masalah Yerusalem ini dilihat bukan semata-mata sebagai bentuk keprihatnan umat Islam saja, tapi juga sebagai entitas sebuah bangsa. "PBNU akan ajak tokoh-tokoh lintas agama, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, agar bersama-sama melihat Yerusalem ini bukan semata keprihatinan umat Islam tapi keprihatinan kita sebagai entitas bangsa," jelasnya.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement